Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Melodi Silvi] Merangkap Dokter Cinta

5 April 2018   06:47 Diperbarui: 5 April 2018   06:58 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tepat ketika tulisan itu diposting, Calvin dan Adica sampai di San Diego Hills. Sebuah pemakaman yang lain dari pada yang lain. Taman pemakaman eksklusif super mewah milik Lipo Group itu jauh dari kesan suram. Taman pemakaman ini lebih mirip tempat rekreasi keluarga. Restoran La Collina, danau lengkap dengan perahu dayungnya, tempat ibadah, florist and gift shop, dan sales office bernuansa country club menjadi fasilitas yang memanjakan para peziarah.

"Kalau aku meninggal, aku ingin dimakamkan di sini." ujar Adica mengagetkan Calvin.

"Jangan mengucap kata-kata penebar firasat, Adica." Calvin menyahuti, waswas.

"Kamu tahu? Aku sudah memesan makam di sini."

Sesaat Calvin terdiam. Beristighfar dalam hati. Tak menyangka Adica sudah berbuat sejauh itu.

Di Mercy Mansion, mereka berhenti. Memusatkan fokus perhatian pada makam kedua orang tua mereka. Membaca Yasin tiga kali. Berdoa khusyuk untuk orang tua mereka yang telah berpulang.

Anak tetaplah anak. Walau berstatus direktur utama, komisaris utama, walaupun berharta banyak, bakti pada orang tua terus berjalan. Tidak ada yang namanya mantan anak. Samar, Calvin mendengar Adica berbisik di depan makam Mamanya sambil mengecup nisan.

"Ma, sakitkah rasanya dijemput kematian?"

**       

Desir pasir di padang tandus

Segersang pemikiran hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun