Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Melodi Silvi] Garis Pemisah Cinta dan Benci

19 Maret 2018   07:25 Diperbarui: 19 Maret 2018   08:48 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
powerofpositivity.com

"Sorry...I'm Moslem." Revan tergeragap, kaget dikira orang Yahudi.

Si pria berkipah lebih kaget lagi. Ia buru-buru minta maaf, dan melangkah pergi. Samar terdengar suara orang tertawa di belakang mereka.

"Sabar ya, Revan. Nasib jadi setengah bule...sering dikira Non-Muslim. Kita senasib kok."

Rupanya Anton, Albert, dan Adica. Calvin mau tak mau ikut tertawa. Revan menggosok-gosok mata birunya. Nampaknya ia mulai letih. Atau menyesal memiliki mata biru dan rambut pirang.

"Oh tidak, mereka mendekati Silvi." tunjuk Albert waswas.

Nama putrinya disebut-sebut. Refleks Calvin mengikuti arah pandang Albert. Silvi, putri cantiknya, putrinya yang telah lama ia tinggalkan, duduk manis di kursi roda. Gaun hitam panjang yang dikenakannya cerminan duka cita. Rambutnya terurai, mata birunya meredup. Entah karena lelah atau kedukaan.

Getaran hebat merayapi hati Calvin. Getaran cinta bercampur rindu. Putrinya cantik sekali. Calvin berlari mendekati Silvi. Mengagetkan dua pria berkipah itu. Otomatis mereka mundur. Memberi ruang gerak untuk Calvin.

"Silvi...Silvi Sayang." panggil Calvin lirih.

Silvi memalingkan wajah. Calvin makin mendekat. Calvin ingin memeluknya, namun...

"Silvi benci Ayah! Silvi kecewa sama Ayah!"

Teriakan Silvi menyedot perhatian para pelayat. Sungguh ironis. Calvin mencintai, Silvi membenci. Sabar, hanya itu garis pemisah antara cinta dan benci. Calvin bersabar menghadapi Silvi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun