Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tutorial SPAI, Teori 10, Nurani 0

16 Maret 2018   05:02 Diperbarui: 16 Maret 2018   06:22 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lelah, kehilangan mood, dan rasa sakit di bagian mata. Begitulah yang selalu dirasakan sehabis kegiatan akademik yang terkesan tidak optimal dan dipaksakan. Satu lagi rasa yang hadir: perasaan asing. Merasa terasing dan terperangkap sepi di tengah keramaian. Sampai-sampai muncul pertanyaan di benak Young Lady cantik: memangnya yang bermata biru tidak boleh Islam? Memangnya yang bermata biru tidak boleh masuk masjid?

Suasana yang tidak kondusif, ditambah lagi kesulitan Young Lady untuk menulis, membuat Young Lady kesulitan menulis resume. Tiap pertemuan, mahasiswa diwajibkan menulis resume dan mengumpulkan hasilnya hari itu juga. Akan tetapi, ada suatu kondisi yang membuat Young Lady tidak bisa menulis dengan cepat dan optimal dalam waktu singkat. Terlebih dengan suasana yang tidak kondusif. Tertekan rasanya karena kewajiban itu.

Finally, coba meminta kebijakan lain. Kelonggaran diberikan, cukup menyimak saja dan mengumpulkan resume tersebut hari berikutnya. Hari berikutnya, resume dikumpulkan. Telah ditulis dengan cantik dan sebaik mungkin. Menulis dalam keadaan lelah tidak mudah.

Kompasianers tahu Young Lady cantik dapat nilai berapa? Jumlah skor diukur dari 1-10. Resume yang telah dibuat dengan baik walau sulit itu, hanya diberi nilai 4. Wow wow wow, dimana adilnya? 4, hanya segitu harga untuk tulisan yang dibuat Muslim cantik bermata cantik yang telah dibuat dengan baik dan maksimal?

Lama Young Lady cantik berpikir dengan cantik. Apa sebabnya? Mungkinkah karena statement pribadi yang dituliskan Young Lady tidak sejalan dengan idealisme para pengurus tutorial? Apakah hanya karena berseberangan pendapat bisa berakibat nilai jelek? Kalau iya, subjektif sekali penilaiannya.

Inilah akibatnya bila menyerahkan urusan kegiatan akademik universitas pada mahasiswa. Subjektivitas lebih tinggi. Sepintar apa pun, mahasiswa takkan bisa objektif dan adil seperti dosen. Dosen saja belum tentu adil, apa lagi mahasiswa. Selama sistemnya belum diubah, praktik-praktik diskriminasi dan kezhaliman masih akan terus terulang.

Pelimpahan kegiatan akademik untuk diurus mahasiswa menimbulkan kesan "penguasa kampus" dan "penguasa mahasiswa" oleh sejumlah mahasiswa yang tergabung sebagai pengurus tutorial. Mereka mempersulit dan menzhalimi teman-teman mereka sendiri. Ini berbahaya bila terus dibiarkan. Bagi yang memberontak dengan idealisme atau berseberangan, maka siap-siap jadi mangsa empuk. Seharusnya hal ini tak boleh terjadi.

Mental "penguasa kampus" dan "penguasa mahasiswa" dibarengi dengan fanatisme agama yang menakutkan. Terlihat dari kegiatan minggu kemarin yang bertemakan "Rradikalisme dan Ideologi Jihad di Kalangan Muslim". 

Young Lady cantik ketakutan selama mengikuti kegiatan diskusi. Bagaimana tidak, diskusi tersebut berbahaya. Bagi individu yang tidak bisa memilih dan memilah, dapat memicu bibit-bibit terorisme. Materi radikalisme sangatlah sensitif. Lalu dibahas dengan statement-statement yang mengerikan dan cenderung memacu keinginan kuat untuk menjadi radikal bagi yang tak punya prinsip. Dari sana terlihat bahwa kegiatan tutorial dan kroni-kroni perancang kegiatan tersebut, cenderung mengarahkan pada Muslim fanatik. Dan itu tidak benar, sudah menyimpang dari ajaran Islam yang sesungguhnya, yang lembut dan penuh kasih.

Ok fine. Young Lady memang tidak berhijab, tidak pernah dan tidak mau ikut kajian Islam mana pun. Tapi Young Lady masih berpegang pada agama, dan memilih belajar agama secara mandiri. 

Pikir Young Lady, dari pada ikut kajian Islam, lebih baik belajar Islam secara mandiri, menunjukkan keindahan Islam lewat interaksi dan sikap dalam kehidupan nyata, serta konsisten berbagi setiap minggu di Hari Jumat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun