Bukan hal baru ketika dosen membawa-bawa masalah cinta, relasi, dan pernikahan dalam candaannya. Jika memang lucu, banyak yang akan tertawa. Bila tak lucu, cukup lempar senyum menghargai.
Candaan tentang cinta terulang lagi di perkuliahan kali ini. Tak hanya cinta. Perkara single pun terbawa.
Ketika persoalan single terangkat ke permukaan, banyak mahasiswa tertawa. Sedikit yang tidak tertawa. Young Lady termasuk di antara golongan yang sedikit itu.
Tetiba saja, seorang pemuda yang punya pasangan, dan kebetulan kekasihnya satu kelas, menunjuk teman satunya yang masih single. Seraya menunjuk, dia tertawa dan berkata.
"Jomblo..."
Pemuda satunya yang ditunjuk-tunjuk tidak tertawa. Ia justru tersinggung. Sementara yang lain ikut tertawa, Young Lady cantik dan pemuda yang kena korban itu diam saja. Young Lady pasang ekspresi dingin dengan cantik. Angkuh dan tanpa senyum.
Usai perkuliahan, Young Lady buru-buru bangkit. Bertolak pinggang, lalu bergegas meninggalkan kelas. Muak dengan kelas yang berisi orang-orang yang suka menertawakan kehidupan orang lain. Beberapa waktu lalu menertawakan anak disabilitas. Sekarang menertawakan para single.
Jelas saja Young Lady muak. Berjalan cepat dengan tangan di atas pinggang, Young Lady pelototi semua orang yang berpapasan hingga mereka ketakutan. Ketika pintu lift terbuka, dan orang-orang yang keluar dari lift terlalu sibuk bercanda atau tertawa, Young Lady injak kaki salah satunya. Lempar tatapan dingin, hingga akhirnya mereka semua takut dan mengucapkan permintaan maaf.
Bijakkah menertawakan para single? Tidak bijak menurut Young Lady. Ada beberapa alasan mengapa seseorang pada akhirnya sendiri saja atau single.
Pertama, pilihan. Alasan untuk memilih single pun bermacam-macam. Entah karena mengejar karier, fokus dengan studi, atau terikat perintah agama yang mengharuskan demikian. Misalnya para biarawan-biarawati, Pastor, Frater, Bruder, Bhiksu, dan Bhiksuni. Demi menjadi pelayan Tuhan, mereka rela single sepanjang hidup.
Kedua, takdir. Manusia memang diciptakan berpasang-pasangan. Tiap orang memiliki jodohnya. Namun, perkara jodoh ini macam-macam ceritanya. Bagi orang yang sudah meninggal sementara ia belum menikah, jodohnya telah dipersiapkan di akhirat. Ada pula yang jodohnya sudah mati sebelum ia lahir, dan ia akan dipertemukan dengan jodohnya di akhirat nanti. Selain itu, ada yang jodohnya baru lahir bertahun-tahun setelah ia hidup. Lalu seiring bergulirnya waktu, takdir mempertemukan mereka dalam rentang usia yang cukup jauh.