Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kelopak Bunga yang Belum Mekar (3)

14 Januari 2018   06:42 Diperbarui: 14 Januari 2018   10:10 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: pbs.twimg.com

"Calvin tak pernah memahamiku. Aku kecewa, kecewa sekali padanya." Rossie mengakhiri ceritanya dengan sedikit emosi.

"Well, jujur saja ya. Setelah mendengar ceritamu, dan melihat kelakuan pria yang kaunikahi itu...yah, kau benar. Calvin pria tidak laku dan tidak tahu diri." Reinhard memberikan penilaian. To the point, tajam, tanpa belas kasihan.

Refleks Rossie menjatuhkan sendoknya ke dalam kotak. Wajah lembutnya mengeras seketika.

"Nah, benar kan? Bahkan seorang mantan Frater sepertimu menilai Calvin seperti itu. Apa lagi aku."

"Benar katamu. Menikah dengan Calvin takkan membuatmu bahagia." timpal Reinhard.

"Yups. Haruskah aku bercerai?" tanya Rossie, merendahkan suaranya. Seolah bangku-bangku taman bisa mendengar.

"Your choise. Sebuah pernikahan yang bahagia layak dipertahankan. Sebuah pernikahan yang hanya akan menyakitkan satu pihak, atau kedua-keduanya, jangan dipertahankan. Kalau kamu Katolik, aku akan memberi pandangan dari sisi religiositasnya. Tapi kamu Muslim. Aku yakin, tiap agama sesungguhnya sangatlah membenci perceraian."

Kedekatan Reinhard dan Rossie memang tak biasa. Bagaimana mungkin seorang mantan Frater Katolik bisa sedekat itu dengan wanita Muslim? Mereka dekat karena satu kesamaan: darah campuran. Reinhard Non-Pri, Rossie pun begitu. Bukankah banyak orang yang mirip lebih mudah untuk bersama?

Nyatanya, Rossie tak pernah dekat dan akrab dengan teman-teman asli Indonesia. Ia justru lebih dekat dengan orang-orang yang dapat dikategorikan Non-Pri. Rossie nyaman dengan mereka.

Bila kebanyakan wanita Muslim lebih suka dengan pria alim dan saleh dari agama yang sama, Rossie justru lebih senang berdekatan dengan pria-pria religius dari lain agama. Ia dekat dengan banyak Frater dan Ex-Frater. Bahkan Rossie sering didekati mantan Frater. 

Tak sedikit yang jatuh hati padanya, lalu menginginkan wanita cantik mantan Paskibraka Kota Bandung yang cerdas dan berwawasan luas itu sebagai kekasihnya. Namun, Rossie lebih sering menolak. Ia hanya ingin dekat dengan mereka, bukan berarti jatuh hati pada mereka. Mungkin ini pun ada kaitannya dengan kecenderungan Rossie berteman baik dengan Non-Pri dibandingkan dengan pribumi. Bukankah manusia lebih mudah berkumpul dengan mereka yang mirip dengannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun