"Daddy Calvin...Auntie Muthiah. Hmmm....." Elby bergumam pada dirinya sendiri. Melempar pandang sangsi ke meja di dekat kolam kecil dan pot-pot tanaman.
Keraguan tercermin di matanya. Pemuda 19 tahun itu berhenti mengingkari perasaannya sendiri. Sejujurnya, dia tak suka Daddynya dekat dengan perempuan lain. Tak apa-apa hidup tanpa Mommy. Toh dirinya dan Daddy Calvin sudah cukup bahagia.
Grand piano hitam di depannya belum tersentuh juga. Elby menghela nafas, lalu mulai memainkannya. Mengalunkan nada-nada indah nan merdu. Ini cafe miliknya, ia bebas menyanyikan lagu apa pun di sini. Terserah pengunjung cafe suka atau tidak. Yang jelas, lagu ini mencerminkan harapannya. Ekspektasi terpendamnya.
Mencoba tuk pahami
Mencari celah hatimu
Bila harus menangis
Aku kan menangis
Namun air mata kini telah habis
Segalanya telah kuberikan
Tapi kau tak pernah ada pengertian
Mungkin kita harus jalani