Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jaga Komunikasi, Menunggu atau Memulai Duluan?

14 November 2017   06:10 Diperbarui: 14 November 2017   12:24 1847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belakangan Alyssa mulai jenuh dengan hubungannya bersama Gabriel. Alasannya sederhana saja: tak ada kemajuan dalam hubungan mereka. Alyssa merasa Gabriel tidak pernah merindukannya, menginginkan kehadirannya, dan membutuhkannya. Selalu saja Alyssa yang lebih merindukan dan membutuhkan Gabriel. 

Selain itu, Gabriel keras kepala dan tidak romantis. Meski di awal-awal hubungan mereka cukup menyenangkan. Diskusi dan pembicaraan yang mereka lakukan selalu seru serta mengasyikkan, sebab Alyssa maupun Gabriel sama-sama cerdas dan keras kepala. Alyssa yang cantik sering kali jadi bahan godaan dan candaan Gabriel yang tampan.

 Alyssa selalu saja rindu tiap kali Gabriel menggodanya. Selain itu, Gabriel berperan besar dalam proses penyembuhan luka hatinya. Alyssa takkan pernah melupakannya. Dan dia sangat berterima kasih pada Gabriel telah membantunya bangkit dari titik terbawah. Namun seiring berjalannya waktu, Alyssa menyadari betapa tidak romantisnya Gabriel.

Selama ini, Alyssalah yang bersikap manis. Gabriel tidak bisa romantis, enggan bersikap manis, dan cenderung to the point. Gabriel memang memberikan waktu untuknya. Perhatiannya pun tak bisa dikatakan kurang. Belum lagi sifat humorisnya yang selalu sukses membuat Alyssa tersenyum. 

Ia senang bisa bersama Gabriel. Hanya saja, Alyssa kesal karena akhir-akhir ini dialah yang memulai duluan tiap kali akan berkomunikasi dengan Gabriel. LDR membuat mereka tak bisa bertemu setiap hari. Praktis mereka mengandalkan aplikasi jejaring sosial untuk saling berkomunikasi dan melepas rindu. Selalu saja Alyssa yang memulai duluan. Biasanya Gabriel akan merespon pesannya dengan cepat. Bukan cepat-lambatnya respon yang dipermasalahkan, melainkan kesadaran untuk memulai duluan. 

Sebenarnya Alyssa tak keberatan memulai duluan. Ia percaya, kebaikan akan datang bila kita berani memulai. Namun jika begini terus, ia jadi bertanya-tanya. Apakah perasaannya berat sebelah? Mungkinkah Gabriel tak pernah merindukan dan menginginkan kehadirannya? Mungkinkah hanya dirinya yang mengharapkan kehadiran Gabriel? Apakah Gabriel sudah jenuh bersamanya? Ingin sekali ia tanyakan semua itu pada Gabriel. Ia pun ingin bertanya, pernahkah Gabriel merindukannya? Seperti apa perasaan Gabriel yang sebenarnya pada Alyssa? Pernah Alyssa mencoba mengetes Gabriel dengan berpura-pura menitip salam pada pria lain. 

Alyssa penasaran, apakah Gabriel akan cemburu? Banyak hal yang ingin Alyssa tanyakan pada pria baik hati itu. Namun Alyssa tak berani. Takut menimbulkan konflik dan melukai hati pria yang disayanginya. Bisa-bisa Gabriel meninggalkannya. Hal yang paling ditakutkan Alyssa adalah kehilangan orang yang dicintai. Kasus di atas sering saya alami. Tiap kali menjalin relasi dengan lawan jenis, entah apa pun jenisnya, sekedar crush, brother zone, friend zone, atau relasi berlandaskan cinta, soal komunikasi dan waktu sering jadi masalah utama. 

Namun saya pribadi lebih memilih memendamnya di dalam hati. Takut menyakiti perasaan si dia bila saya ungkapkan secara langsung. Masalah waktu, perbedaan kepentingan, dan kesibukan masing-masing menjadi hambatan yang dihadapi bersama. Gegara kesibukan, kurangnya waktu, dan komunikasi, sering kali pertengkaran terjadi. Biasanya dimulai dari pihak pria yang tidak mengerti. Saya memaklumi dan berusaha sabar. Itu terjadi ketika saya pertama kali punya kekasih dua tahun lalu. Sampai akhirnya terjadi perubahan yang sulit dipahami. 

Mungkin ini semacam karma untuk Young Lady Kompasianer Latifah Maurinta Wigati. Selalu saja saya yang digerakkan hatinya untuk memulai duluan. Bukan hanya dengan mantan pertama saya, melainkan dengan mereka yang berikutnya berdatangan ke hati saya. Mengapa harus Young Lady yang memulai? Terkadang, ingin rasanya pihak pria yang lebih dulu memulai. Pernah sekali saya tanyakan alasannya. Kata beberapa pria, karena mereka takut salah dan takut mengganggu saya. Benarkah seperti itu? Entahlah, hanya pria yang bisa menjawab

. Bukannya wanita. Padahal saya pribadi merasa tak keberatan dan saya takkan pernah bilang "saya terganggu". Karena dua kata itu akan sangat menyakitkan. Kalau untuk orang yang dicintai dan disayangi, mengapa harus terganggu? Banyaknya permasalahan waktu dan komunikasi membuat saya belajar satu hal. Waktu dan komunikasi adalah kunci sukses mempertahankan suatu hubungan. Itulah sebabnya saya selalu konsisten meluangkan waktu untuk orang-orang yang dicintai, sesibuk apa pun saya. Tetapi saya gemas juga soal memulai duluan itu. 

Saya juga manusia, saya juga wanita. Ingin menunggu, ingin tahu rasanya bagaimana "dimulai duluan" bukan "memulai duluan". Kompasianer paham maksud saya, kan? Saya juga ingin tahu bagaimana rasanya diperhatikan duluan, ditanya duluan, ditelepon duluan, didatangi duluan, dan dicari duluan. Saya ingin tahu seperti apa rasanya. Itulah yang membuat saya sulit percaya orang lain, tak tahu mana yang tulus dan mana yang tidak, merasa kesepian, dan tidak diinginkan kehadirannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun