Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Psikolove, Akhirnya Ku Menemukanmu (2)

4 November 2017   06:05 Diperbarui: 4 November 2017   06:52 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ia tak sabar menunggu Angel kembali. Ingin berterima kasih, mengungkapkan betapa sayangnya ia pada Angel. Menit demi menit berlalu lambat. Satu setengah jam serasa satu setengah tahun.

Mendung yang menutup separuh langit berubah menjadi hujan. Kian lama, hujan kian lebat. Disusul gelegar guruh dan cahaya kilat. Kali ini Calvin tak bisa tinggal diam. Ia harus menjemput Angel.

Cepat-cepat diraihnya kunci mobil. Baru saja membuka pintu depan, ia disambut kehadiran seseorang. Seorang anak lelaki berparas tampan yang berlari-lari menaiki anak tangga marmer. Anak lelaki itu berwajah perpaduan Kaukasoid dan Mongoloid. Kulitnya putih bersih, sama seperti Angel. Ia anak kecil yang sangat tampan. Sedetik saja Calvin langsung mengenalinya. Anak kecil nan tampan itu putra seorang expatriat. Kebetulan ayah anak itu rekan bisnis Calvin. Darah campuran Jerman-Skotlandia dari ayahnya, darah Jawa dari almarhumah ibunya. Tak heran anak itu begitu tampan.

"Albert? Ada apa? Sini Sayang, sini..." Calvin mengulurkan tangan, lembut meraih tangan anak itu. Albert teman baik Angel di sekolah. Sesama anggota teater dan choir. Mereka berteman baik karena satu kesamaan: hidup tanpa ibu.

Tanpa kata, Albert menyambut uluran tangan Calvin. Mengajaknya keluar rumah. Begitu menginjakkan kaki di luar gerbang rumahnya, apa yang dilihatnya sungguh mengejutkan. Hatinya menolak menerima itu. Tepat di depannya, ya, di depan matanya sendiri, ia melihat tubuh Angel penuh luka. Darah berceceran, luka terlihat di sekujur tubuhnya. Sebuah mobil hitam berhenti di dekat tubuh cantik yang terluka parah itu.

Si pemilik mobil hitam turun dengan wajah pias. Memohon maaf berkali-kali. Calvin tak mendengarkan. Permohonan maaf sudah tak berarti lagi. Yang ada di pikirannya hanyalah keselamatan Angel.

Ironis, benar-benar ironis. Kecelakaan itu terjadi di depan rumahnya sendiri. Di kompleks perumahan elite ini, dengan keamanan super ini, masih terjadi kecelakaan mobil. Mengapa harus Angel? Anak cantik, anak baik dan lemah lembut itu, harus menjadi korban.

Segera saja Calvin membawa Angel ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan ia berdoa. Memohon keselamatan bagi putri cantiknya. Calvin yang biasanya sabar dan hati-hati saat mengemudi, kini mulai ngebut. Nekat menyetir dengan kecepatan tinggi. Prioritasnya adalah keselamatan Angel.

Secepat apa pun Calvin melarikan mobilnya menuju rumah sakit, takdir Allah tak bisa dilawan. Angel meninggal. Nyawanya tak tertolong. Dokter sudah mencoba segala cara untuk menyelamatkan nyawanya. Sayangnya, kuasa Allah jauh lebih besar. Angel dipanggil ke pangkuan Illahi tepat tanggal 9 Desember.

Hati Calvin hancur. Sempurna hancur. Kematian Angel adalah klimaks kesedihannya. Kesedihan terbesar dalam hidupnya. Malaikat kecilnya telah pergi. Pergi dan tak akan kembali.

Sejak saat itu, Calvin membenci hari ulang tahunnya. Membenci Hari Sabtu, membenci hujan, dan membenci mobil berwarna hitam. Semua mobilnya yang berwarna hitam ia jual. Ia ganti dengan mobil warna lain, meski dari merk dan tipe yang sama. Adica dan Tuan Erlambang tak memprotes. Sebagai bentuk empati, mereka pun tak lagi memakai mobil hitam. Menggantinya dengan mobil warna lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun