Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dapatkah Menebus Rasa Bersalah? (2)

1 November 2017   05:57 Diperbarui: 1 November 2017   05:59 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semenit. Tiga menit. Lima menit, Calvin menajamkan fokus penglihatannya. Berharap ia keliru. Namun apa yang dilihatnya ternyata benar. Di kanan-kirinya, Syifa dan Adica merapatkan tubuh. Keduanya mulai waswas.

"Ya Allah..." desah Syifa, matanya melebar tak percaya.

"Mau apa mereka ke sini?" Adica mengepalkan tangannya, marah sekaligus bertanya-tanya.

Pria-pria berbaju rapi itu tak lain Zulfikar, Tanza, Posma, dan Sigit. Mereka pernah meninggalkan jejak trauma mendalam di hidup Calvin. Pasalnya, keempat pria itulah yang meremehkan, merendahkan, menghina, dan membullynya selama bertahun-tahun. Tak hanya verbal bullying, physical bullying pun mereka layangkan pada Calvin.

Sewaktu masih bersekolah, pria-pria itulah murid paling nakal. Mereka membentuk grup murid ternakal dan terjahat di sekolah elite itu. Zulfikarlah si ketua geng. Ia membenci Calvin. Terdorong kebencian, Zulfikar memprovokasi ketiga teman dekat dan murid-murid lainnya untuk melakukan perbuatan kurang baik. Alhasil Calvin menjadi korban bullying dan mengalami tekanan berat. Hal itu terjadi selepas ia mengikuti program homeschooling dan kembali ke sekolah reguler.

Direndahkan, dihina, dianiaya fisik dan psikis, sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Calvin. Kondisi psikologisnya drop. Luka fisik nyaris dialami setiap hari. Mentalnya jatuh. Akan tetapi, pada akhirnya Calvin belajar menjadi kuat dan tangguh.

"Kakak harus berani hadapi mereka. Tunjukkan kalau Kakak sudah berhasil," bisik Syifa.

Calvin berdilema. Sanggupkah ia menemui Zulfikar and Friends? Orang-orang yang telah menyakitinya, orang-orang yang telah mempengaruhi banyak orang lainnya untuk membencinya?

"Ayo Calvin, tunggu apa lagi? Sekaranglah saatnya kamu buktikan pada mereka." desak Adica.

"Aku tidak mau..." tolak Calvin akhirnya.

"Kenapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun