Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Pengganti, Pembuka Hati (5)

13 Oktober 2017   05:47 Diperbarui: 13 Oktober 2017   06:01 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Adica..." sapa Imam masjid saat berpapasan di halaman masjid yang cukup luas.

"Selalu dengan skateboardnya ya?"

Adica hanya tersenyum tipis. Pria yang tergolong high quality single itu melangkah memasuki masjid. Mengisi saf terdepan. Melirik ke arah jamaah yang telah berkumpul. Tak mendapati Calvin di antara mereka. Hati Adica diliputi tanda tanya.

"Cari siapa?" tegur sang Imam masjid.

"Calvin," jawab Adica singkat.

"Hmm...aneh ya. Dia tidak ada di sini. Biasanya dia rajin shalat berjamaah di masjid kita ini."

Itu pula yang menjadi tanda tanya di benak Adica. Tak dapat diingkari, tanda tanya itu berpadu dengan sepercik kecemasan. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada kakaknya. Meski kelihatan tidak peduli dan tidak menghormati Calvin, sesungguhnya Adica sangat care. Kepedulian yang tersembunyi di balik sikap dingin.

Hingga iqamat, Calvin tak juga datang. Adica menekan dalam-dalam kecemasannya. Fokus sejenak dengan shalat.

Usai shalat Subuh berjamaah, Adica kembali naik skateboard. Kali ini ke rumah kakaknya. Rumah Calvin hanya terpisah dua blok dengan rumah Adica. Dua menit setelah membunyikan bel, orang pertama yang dilihatnya dari dalam rumah adalah Silvi.

"Pagi Adica," sapa Silvi, tersenyum ramah.

"Calvin mana?" tanya Adica to the point. Sukses memudarkan senyuman di wajah Silvi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun