Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apakah Ini Malam Terakhir?

20 Agustus 2017   06:07 Diperbarui: 20 Agustus 2017   18:30 1798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

**     

Friday, 18 August

Aku tidak bisa shalat dengan cara normal, diary. Tiap kali melakukan ruku' dan sujud, sakitnya luar biasa. Sebenarnya, sejak awal pekan, aku sudah merasakan sakit. Ada masalah dengan tulangku. Namun aku memaksakan diri. Hasilnya begini.

Terpaksa aku shalat sambil duduk. Rasanya berbeda, diary. Kamu tahu? Aku justru merasa makin dekat dengan Allah. Komunikasiku dengan-Nya terasa lebih dalam dan mesra. Kita bisa bersikap mesra pada manusia, mengapa kita tidak bisa bersikap mesra pada Tuhan?

Diary, kamu pasti paham. Allah memberikan penyakit bukan karena benci. Melainkan sebagai bentuk cinta. Agar hamba-Nya bisa merasakan nikmat sehat.

Sehat itu mahal, diary. Sayangnya, sering kali orang tak menghargai nikmat sehat yang telah diberikan padanya. Misalnya dengan melakukan kebiasaan buruk yang merusak kesehatan.

Diary, malam ini aku tak bisa tidur. Aku kesakitan. Saat-saat menjelang tidur adalah saat yang paling kutakuti. Pertama, karena aku kesepian. Kedua, aku takut mengingat kembali kenangan pahit bersama cinta masa laluku. Ketiga, belakangan ini waktu tidurku berkurang drastis gegara rasa sakit.

Aku tidak ingin menceritakannya pada siapa pun. Tak mau menyusahkan orang lain, itulah alasanku. Aku ingin mengatasinya sendiri.

Oh diary, bagaimana jadinya bila Mama-Papaku tahu? Kasihan, semua urusan mereka bisa berantakan. Akhir-akhir ini mereka sibuk sekali. Kalau tahu anak satu-satunya ini sakit, dapat dipastikan mereka langsung meninggalkan semua urusan dan fokus merawatku. Aku tidak mau itu terjadi.

Kamu pasti ingat, diary. Tahun lalu, Papaku kena Diabetes. Mama sibuk sekali bolak-balik ke rumah sakit demi Papaku tersayang. Tapi semuanya telah berlalu. Kini segalanya telah membaik seperti semula.

**    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun