Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tanpa Batas

8 Agustus 2017   08:07 Diperbarui: 9 Agustus 2017   00:20 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Banyak yang tidak sepakat dengan pendapatmu di artikel tentang hijab itu."

Bukannya sedih, Nyonya Calisa justru tersenyum. "No problem. Beda pendapat itu biasa. Aku stay cool saja. Terserah mereka mau pro atau kontra. Toh mereka tidak dekat denganku dan tidak paham situasiku. Mereka hanya pembaca yang kebetulan lewat dan memberi opini berbeda di artikelku."

"Good. You're a strong woman." Tuan Calvin melempar pujian, tersenyum menawan.

Diberi pujian dan senyuman menawan begitu, Nyonya Calisa menatap Tuan Calvin tanpa kedip. Pria berdarah keturunan dan berparas tampan itu selalu membuatnya bahagia.

"Thanks Calvin. Respon negatif, gagal dalam ujian masuk universitas, atau hal buruk lainnya tidak masalah buatku. Stay strong saja...tapi ada satu hal yang membuatku terluka, terjatuh, dan terpuruk. Kehilangan orang-orang yang kucintai. Sebab kehilangan itu sangat menyakitkan. Entah kehilangan karena konflik atau kematian. So, aku selalu menjaga perasaan orang-orang yang kucintai." ungkap Nyonya Calisa jujur.

Jika disuruh memilih, lebih baik Nyonya Calisa menahan perasaan dan ketidaksetujuan dibanding harus terlibat konflik dengan semua orang yang dicintainya. Ia tak ingin kehilangan mereka.

Sebenarnya, masalah hijab ini sensitif bagi Nyonya Calisa. Mantan penyiar radio yang kini aktif sebagai penulis dan pengajar itu pernah mengenakannya selama setahun. Namun ia melepasnya karena alasan yang kuat. Nyonya Calisa merasa belum siap dan terbebani. Satu-dua orang bertanya, tapi lebih banyak yang diam. Nyonya Calisa menghadapi pergulatan batin yang cukup berat saat itu.

**     

Ruang terbuka di bagian belakang yang menghadap ke kebun anggrek dan kolam renang menjadi tempat favorit mereka. Clara berkeras ingin sarapan di sana. Praktis Tuan Calvin dan Nyonya Calisa meluluskan permintaannya.

Fruit loops, menu sarapan mereka hari ini. Clara terlihat senang duduk di antara Ayah-Bundanya. Seperti biasa, ia sangat manja pada Tuan Calvin. Ayah dan anak itu begitu dekat dan sulit terpisahkan.

Saat Clara meminta Tuan Calvin menyuapinya, pria itu tak ragu melakukannya. Ia menyuapi putri tunggalnya dengan sabar dan penuh kasih sayang. Sesekali bergantian dengan Nyonya Calisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun