Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kapankah Kepedihan Berdamai Denganku?

15 Juni 2017   06:05 Diperbarui: 15 Juni 2017   07:07 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Banyak sekali pelayat berdatangan. Sebagai pengusaha terkenal, Indra mempunyai banyak teman dan relasi bisnis. Di antara para pelayat, Albert melihat teman-teman dan sepupunya. Rafly dan Muti datang lima menit setelah kedatangannya. Aga dan Chika menyusul di belakang mereka. Nico, sahabat lamanya semasa bersekolah di Al Irsyad Islamic School itu, tiba tak lama kemudian. Ia kini menjadi pengusaha yang menjalin kerjasama dengan Indra. Tiga menit berikutnya, datanglah kakak-beradik Judawisastra: Naufal Judawisastra dan Ronny Judawisastra. Pelayat yang tiba paling akhir adalah pria dengan nama dan kisah hidup yang sama persis dengannya: Albert Fast Cavanaugh. Pria berdarah Sunda-Inggris itu datang bersama istrinya, Andini. Andini sendiri merupakan guru pendamping program homeschooling yang dijalani Chelsea.

Baik Arif Albert maupun Albert Fast Cavanaugh sama-sama sukses di bidang bisnis. Keluarga Indra pun berhubungan baik dengan mereka. Langsung saja kedua pria setinggi 173 itu disambut dengan rangkulan hangat oleh Evan Jonathan, ayah Indra.

**     

Rasa kehilangan menembus relung hati. Pandangannya jatuh pada jenazah Indra. Hati pengusaha muda keturunan Jawa-Jerman-Skotlandia berdenyut sakit. Secepat ini Indra pergi. Di dekatnya, Reginia, wanita yang baru dinikahi Indra dua tahun lalu, terisak.

“Terima kasih kamu mau datang, Albert. Kamu membawa pengaruh positif dalam hidup Indra. Suamiku menjadi mualaf karenamu...” Reginia berterima kasih dengan suara lirih.

“Bukan aku, Reginia. Tapi Allah yang mengislamkannya.” koreksi Albert lembut.

Jenazah siap dimandikan. Albert bertanya pada Reginia.

“Bolehkah aku ikut memandikan jenazahnya?”

“Tentu saja.”

Ini pengalaman ketiganya memandikan jenazah. Sebelumnya ia pernah memandikan jenazah Tuan Adolf dan Nyonya Anggun. Dengan lembut, Albert membasuh jenazah Indra. Menuruti sunnah dengan mendahulukan anggota tubuh sebelah kanan.

Usai dimandikan dan dikafani, jenazah dibawa ke Masjid Al Irsyad Kota Baru Parahyangan untuk dishalatkan. Albert berdiri di saf terdepan. Persis di samping kanan Imam. Menjalankan prosesi shalat jenazah dengan khusyuk. Mendoakan Indra setulus hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun