6. Jangan mengiming-imingi hadiah, tapi perlakukan mereka dengan spesial
“Kalo kamu puasanya full, Bunda beliin sepatu yang kamu inginkan.”
“Kamu mau gaun itu? Mami belikan kalau puasanya tamat sampai satu bulan.”
Sebenarnya, mengiming-imingi anak dengan hadiah agar mereka mau puasa penuh kurang tepat. Mungkin orang tua hanya ingin menyemangati anak dalam berpuasa. Anak memang akan semakin bersemangat, namun pikiran si anak telah terbagi. Ia tidak berpuasa sepenuh hati karena Allah, melainkan berpuasa karena menginginkan hadiah yang dijanjikan orang tua. Motif mereka berpuasa yang semula murni karena Allah menjadi rusak.
Dari pada menjanjikan hadiah pada anak, lebih baik perlakukan mereka dengan spesial. Menyediakan menu sahur dan buka yang enak tiap harinya, menemani mereka tadarus Al-Qur’an, Tarawih bersama, dan membelikan mereka pakaian atau mainan yang mereka inginkan sebelum mereka memintanya. Pahamilah apa yang dibutuhkan dan diinginkan anak. Sebelum si anak meminta, berikanlah. Anak yang mendapat perlakuan seperti itu mampu lebih cepat memahami orang lain pula. Mereka lebih peka, pengertian, dan responsif. Sebaliknya, bila anak dibiasakan melakukan sesuatu dengan mengharap imbalan, mereka tidak akan belajar ketulusan. Mereka tidak bisa melakukan sesuatu dengan tulus tanpa pamrih. Perhatian spesial jauh lebih berharga dibanding iming-iming hadiah.
Kompasianer, siap menerapkannya?