Mohon tunggu...
Latifah Ayu Kusuma
Latifah Ayu Kusuma Mohon Tunggu... Lainnya - Copywriter

Local Traveller

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berjalan di Tengah Pandemi, Yuk "Nglarisi" UMKM dan Warung Tetangga

30 Juni 2020   23:14 Diperbarui: 30 Juni 2020   23:26 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kemenkeu.go.id

Belanja ke Warung Tetangga dan UMKM Lokal

Belanja di warung tetangga adalah langkah awal dalam mencapai stabilisasi keuangan. Perputaran rupiah yang sehat dalam suatu daerah akan memacu stabilitas nasional.

Mungkin kita malas melakukan transaksi dengan warung tetangga karena barang kurang lengkap atau harganya lebih mahal daripada pasar atau supermarket. Tetapi kebiasaan sederhana ini akan menumbuhkan sirkulasi keuangan yang lancar.

Pun secara tidak langsung mencegah penyebaran virus. Kok bisa? Belanja sesuai protokol kesehatan di warung tetangga meminimalisir kita bertemu dengan orang asing. Risiko penularan lebih kecil daripada di pasar atau supermarket.

Sumber: kemenkeu.go.id
Sumber: kemenkeu.go.id
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan garda terdepan perekonomian negara. Kejayaan UMKM menjadi simbol dari kemakmuran suatu negara. Namun demikian bisnis kecil maupun menengah berhubungan erat dengan sektor lainnya. Sesuai dengan situasi sekarang, pandemi meruntuhkan sebagian besar "power " bisnis.

Beberapa perusahaan besar menyatakan off lantaran tak mampu bertahan di tengah krisis. Bagaimana nasib UMKM? Puluhan pelaku bisnis mengaku terpaksa berhenti daripada harus menanggung upah karyawan. Sementara penjualan barang dan jasa menurun drastis.

Di tengah pandemi ini, aku menemani seorang kawan yang tengah melakukan penelitian skripsi. Kawanku akan mengambil data primer mengenai siklus keuangan UMKM. Berlokasi di kecamatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta, kami kesulitan menjangkau pelaku bisnis. Selain alasan karantina wilayah, para pelaku usaha mengaku sedang off total.

Sepanjang jalan Pucung yang biasa ramai oleh perajin wayang kini nampak sepi. Atas izin kelapa desa, kami tetap turun ke lapangan. Kami hanya memilih responden yang mau mengisi kuesioner secara volunteer.

Tentu hal ini mempersulit pemenuhan target jumlah sampel. Akhirnya kawanku menyebar link kuesioner online. Lagi-lagi tak se-mulus yang dibayangkan, ternyata sebagian besar pelaku usaha belum paham akses komunikasi online.

Lengsernya bisnis kerajinan kulit ini merupakan dampak langsung dari matinya sektor pariwisata akibat pandemi COVID-19. Beberapa perajin wayang memiliki ruang pamer di Sarinah. Mall tutup, barang display dikembalikan kepada perajin.

Sementara perajin yang masih kecil biasanya menitipkan produk ke penjual yang sudah go-nasional (misalnya yang memiliki toko di Sarinah). Yaps, kerja sama antar perajin memang bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun