Dari sini mungkin para pembaca baru menemukan jawabannya, mengapa para pandangan para siswa di kelas selalu mengikuti kemana pun arah sang guru berada.
Fisik dan penampilan merupakan sisi personal yang perlu juga dimaksimalkan oleh guru. Guru memang tidak harus cantik dan tampan. Dalam soal tampilan guru juga tidak harus menggunakan barang-barang yang harganya mahal. Namun lagi-lagi guru yang senyumnya memberi pesan bahwa dirinya adalah simbol guru idaman itu sangat beruntung.Â
Bu Nia memiliki face yang good looking. Hidungnya mancung, matanya belo dan memiliki lesung pipit yang akan mempermanis wajahnya saat dia tersenyum.
Lebih dari itu semua kepribadian beliau sebagai seorang idealis sudah pasti sangat mantap. Bu Nia pandai mengatur emosinya dengan baik. Â Sampai kisah ini ditulis, saya belum pernah mendengar beliau berbicara dengan nada tinggi. Suaranya lantang namun sangat lembut dan penuh makna. Bu Nia memang bukan Merry Riana sang motivator handal. Namun saat ada yang bersalah beliau lebih suka memotivasi daripada menjustifikasi.
Soal berwibawa dan arif, dua karakter ini selalu melekat pada seorang idealis. Siapapun sosoknya, apalagi dalam diri Bu Nia. Mau tau tentang akhlak beliau? Beliau selalu salat tepat waktu, setiap kali adzan berkumandang selesailah urusan dunia Bu Nia. Dalam agama Islam, baik buruknya seseorang tergantung bagaimana ia memperlakukan waktu salatnya.
Itulah Bu Nia, guru idealis kota yang mewarisi nilai-nilai juang kepahlawanan yang layak dijadikan inspirasi. Bu Nia memang bukan Dewi Sartika yang turut merintis pendidikan kaum wanita setelah Kartini. Namun melalui tangan, ide dan sikap Bu Nia wajah pendidikan, khususnya di tempat beliau mengajar tak pernah menyeramkan. Bahkan cenderung menyenangkan.
Treatment-treatment yang diberikan kepada siswa yang bermasalah jarang sekali meleset. Pelan tapi pasti, semuanya membaik tanpa paksaan. Mereka berubah seolah dengan kesadaran.
Bagiku sosok yang luar biasa ini telah merawat dan melestarikan pesan-pesan kebaikan tanpa kekerasan yang disuarakan oleh perempuan-perempuan yang dianggap menginspirasi sepanjang sejarah.
Karena saya jatuh hati, terhadap perangai dan idealismenya saya berusaha meniru apa-apa yang ada pada diri beliau. Saya yang dulunya cenderung pragmatis, berangsur-angsur ingin menjadi seorang yang idealis. Apakah berhasil? Jawabannya tidak. Karena idealis beliau bukan sembarang idealis. Idealis beliau dibarengi dengan integritas yang tinggi.
Bu Nia, selalu tau  arah kemana dia akan melangkah. Apa-apa saja yang harus dilakukan dan dihindarkan. Sebelum memutuskan ia benar-benar tau resiko apa saja yang akan diterima. Sehingga dengan mengetahui resiko tersebut Bu Nia mampu meminimalisir terjadinya  sesuatu yang tidak diharapkan.Â
Pengetahuan yang dimiliki juga sangat komprehensif, beliau sangat mengenal permasalahan yang dihadapinya. Inilah yang kelak dijadikan bekal oleh Sang Idealis dalam menghadapi tantangan. Terutama tantangan yang berasal dari lingkungan sekolah.