Mohon tunggu...
Latifa Tulnovidasari
Latifa Tulnovidasari Mohon Tunggu... Guru - Guru di SD Depok

Hobi Membaca dan Menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Uniknya Budaya Tanam Padi di Kampungku

1 Juli 2022   16:42 Diperbarui: 7 Juli 2022   20:15 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Seiring dengan berjalannya waktu dengan perawatan yang intensif, padi akan mengalami mburat. Mburat adalah kondisi padi sudah mulai berbunga. 

Tak lama dari kondisi mburat padi akan memasuki masa byah. Yaitu masa munculnya butiran-butiran padi muda yang kelak akan menguning untuk siap dipanen

Jika padi sudah siap dipanen, satu minggu sebelumnya, petani akan melakukan ritual Upacara Methik Pari (memetik padi). Upacara ini dilakukan dengan cara memotong padi menggunakan ani-ani. 

Petani perempuan menggendong rinjing berisi lima takir cok bakal. Selain berisi cok bakal, di dalam rinjing juga terdapat pisang dan kendi. Satu persatu tangkai bulir padi dipotong dengan menggunakan ani-ani. Proses ini pastinya memakan waktu dan tenaga yang banyak.

Akan tetapi, keuntungan berbeda ketika memotong dengan menggunakan arit (sabit). Pemotongan padi menggunakan ani-ani, menjadikan semua batang tidak ikut terpotong. Bulir padi yang belum tua tidak ikut terpotong. 

Petani memotong padi tertua dengan jumlah sesuai hari metiknya. Nah hitungan ini agak rumit, Kompasianer.

Sebagai contoh metiknya adalah hari Rabu Pahing, dengan jumlah neptu lima belas. Lalu dihitung sebagai berikut, hari Rabu memiliki angka 7 dan Pahing memiliki angka delapan. Jumlah seluruhnya adalah lima belas dikalikan dua, yakni jumlah inilah yang akan dipotong. Berarti lima belas dikali dua. Ini dijadikan bukti bahwa padi itu ada laki-laki dan perempuan.

Padi yang dipotong kemudian dibawa pulang ke rumah dan disimpan di tempat yang aman. Sebelum pulang ke rumah, cok bakal diletakkan di setiap jalannya air yang berada di area padi, hingga cok bakal habis. 

Padi laki-laki dan perempuan itu kelak dijadikan bibit, dengan harapan mereka dapat berkembang biak sehingga menghasilkan panen yang melimpah ruah. 

Tradisi atau budaya tanam padi di Dusun Krajan Kelurahan Mojosari perlu dilestarikan. Karena di dalamnya mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kepatuhan terhadap sang Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun