Tempat yang selama ini dijadikan sebagai lokasi beraktivitas, penghilang penat, hingga panggung acara besar ternyata menyimpan suatu sisi tersembunyi yang tak banyak orang ketahui. Jogja Expo Center, atau yang lebih akrab disebut JEC, berdiri megah di kawasan Jl. Raya Janti, Banguntapan, Bantul. Bangunan yang cukup menjulang dengan arsitektur modern yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta. Tak jarang JEC dipilih menjadi lokasi berbagai acara besar, mulai dari pameran, event besar, hingga wisuda universitas ternama di Yogyakarta. Baru-baru ini, JEC juga menjadi tuan rumah acara Jogja Food and Beverage, yang menarik beberapa pengunjung dari yogyakarta sendiri maupun kota sekitarnya. Namun, di balik hingar-bingar kegiatan yang berlangsung, dan di balik keramaian yang datang silih berganti, ada satu hal yang tak luput dari perhatian yaitu kondisi kebersihan di area belakang gedung, yang seolah menjadi ruang yang tak tersentuh oleh perhatian publik.
Pada tanggal 24 Mei 2025, saya menyempatkan diri untuk sekadar berkeliling di sekitar gedung JEC. Pagi itu, udara terasa sejuk, dan bunga-bunga berguguran di sekitar halaman, menghadirkan suasana yang tenang dan damai. Sesekali, beberapa pengunjung terlihat sedang jogging atau hanya berjalan santai, menikmati pagi di tengah kota. Awalnya, semuanya terlihat sempurna. Gedung tampak bersih dan tertata, para petugas kebersihan di bagian depan terlihat aktif menyapu dan merapikan. dan berbagai petugas lainnya melakukan tugasnya sebagaimana semestinya. Namun, langkah saya membawa ke sudut bagian belakang gedung, tempat yang mungkin jarang dilalui orang kecuali para pejogging atau pekerja disana. Dan mungkin, para pengunjung yang melewati tempat tersebut tidak begitu memperhatikan hal tersebut. Di sinilah saya melihat realitas yang berbeda, seperti kesenjangan karena tampak depan suasana sangat bersih akan tetapi jika ditelusuri masih ada hal yang tertinggal dan mungkin kurang menjadi perhatian. Tumpukan sampah kecil terlihat tersembunyi di balik  di sela-sela tembok besar dan dedaunan yang ada. Gelas plastik bekas kopi, botol air mineral, puntung rokok, bahkan sisa makanan dalam plastik masih tercecer di beberapa titik. Hal tersebut sempat menjadi fokus saya berkali-kali dan akhirnya saya mendekat dengan rasa penuh penasaran, tampaknya sampah-sampah ini bukan berasal dari satu hari saja karena ada yang terlihat sudah mulai mengering dan menumpuk, seolah tidak tersentuh tangan pembersih selama beberapa waktu. Sejatinya, kesadaran menjaga kebersihan bukan hanya tanggung jawab petugas kebersihan semata. Ketika kita menikmati kenyamanan dan fasilitas sebuah tempat, maka menjaga kebersihan adalah bagian dari kontribusi kita untuk mempertahankannya. sebagai pengunjung, seharusnya kita juga sadar akan apa yang sedang kita bawa. dalam artian jika kita datang membawa makanan, maka kita juga harus memiliki tanggung jawab untuk membuangnya. Sayangnya, kesadaran ini tampaknya belum sepenuhnya tumbuh bagi warga jogja maupun pengunjung lainnya yang berasal dari berbagai kota. Di tengah masyarakat yang kerap membanggakan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, kita masih sering menjumpai tindakan-tindakan kecil yang mencerminkan sikap abai ataupun acuh  terhadap lingkungan. seperti contohnya membiarkan sampah jatuh begitu saja, menganggap itu adalah urusan petugas, atau bahkan merasa wajar karena semua orang juga melakukan. dan bahkan ada manusia yang pura-pura lupa jika itu adalah sampah yang ia bawa sebelumnya. Fenomena ini terus saja terjadi dan seolah-olah tak ada titik reda dan tak kunjung terselesaikan.
Menjaga kebersihan sebenarnya bukan hanya perihal etika, akan tetapi sebagai bentuk rasa patuh dan rasa cinta kita kepada sang pencipta. secara tidak langsung membuang sampah sembarangan dan berbagai hal yang menjadikan lingkungan kita kotor adalah bentuk tidak menjaganya kita terhadap ciptakan tuhan. dengan berbagai kenikmatan dan banyaknya hal yang sudah diberikan tuhan kepada kita, sudah sepantasnya kita menjaga bukan malah merusak ataupun mengotori dengan perilaku kita. biarlah tempat-tempat tetap menjadi baik dan asri seperti semestinya tanpa adanya kenakalan tangan kita sebagai penyumbang kesedihan lingkungan. Jadilah manusia dan pengunjung yang baik tanpa harus bergantung kepada petugas kebersihan manapun .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI