Mohon tunggu...
Aditya Idris
Aditya Idris Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Alumni Jurusan Matematika Statistik Angkatan 2009 (S.Si)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wajah di Balik Zedge

13 Desember 2014   20:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:22 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namanya Tika. Kukenal dia dalam dunia maya. Sosok seorang gadis yang menarik perhatianku di zedge yang kumiliki. Dia adalah salah satu dari sekian nama yang terpampang dalam account-ku itu. Entah mengapa dan apa sebabnya, sehingga waktu itu kuberanikan diriku untuk lebih mengenalnya. Bukan hanya sekedar dari account zedge-ku, namun lebih dari itu. Aku ingin mengenalnya lebih dalam lagi. Meski, kutahu perkenalanku ini hanya sekedar basa basi saja. Karena sesuatu yang membuat hal itu. Sesuatu yang sangat berat kurasakan pada akhirnya.

Kurangkai cerita demi cerita bahagia di antara kami berdua. Saat-saat indah bersama dia aku lalui dengan senyum kebahagiaan. Untuk pertama kalinya dalam hidupku merasakan hal ini. Dan, begitu pula dengan Tika. Tanpa kusadari, sebuah jurang tajam di antara kami tidak dapat dihindari lagi. Dan, inilah yang kutakutkan sejak awal pertemuan kami. Sesuatu yang makin membuat hari-hariku makin tak terkendali. Setiap saat memikirkan dia. Memikirkan jalan terbaik untuk hubungan kami ini, dengan penghalang yang begitu dalam. Entahlah, bagaimana caranya. Aku makin bingung dengan hubungan kami. Mau tidakmau halangan itu pasti ada.

Aku tak tahu harus berkata apalagi padanya. Sepertinya harapan dia padaku begitu mendalam. Keinginan hatinya padaku sangat besar. Dia sepertinya sangat sayang padaku. Dia telah mengganggapku seorang manusia yang cocok untuk dirinya. Tika sangat menyayangi diriku, melebihi siapapun. Itu yang kurasakan ketika aku telah berbicara dengannya. Baginya, aku adalah yang terbaik untuk dirinya. Entah apa yang Tika harapkan padaku. Apa yang dia lihat dariku? Akupun tak tahu. Yang aku tahu hanyalah dia mencintaiku dan tak dapat kuelakan hal itu.

Tak kupungkiri. Akupun merasakan hal sama dengan apa yang dirasakan oleh Tika. Sepanjang perjalanan hidupku tak pernah aku temukan rasa ini pada sosok seorang wanita manapun yang pernah ku kenal dan kutemui. Rasa itu ada pula untuknya. Tika adalah insan yang dapat membuat hatiku berbeda dari apa yang sebelumnya kurasakan. Tika yang telah membawa panah asmara itu pada diriku. Tika yang telah mengajariku arti mencinta dan menyayangi. Tak sedikitpun kupungkiri rasaku padanya. Aku juga menyayangi Tika. Lebih dari kasih sayang seorang teman. Aku betul-betul mencintainya.

Rasa yang kumiliki sama dengan rasa yang Tika punya. Harapan kami sama. Kami saling mencinta. Saling menyayangi. Namun, hubungan kami begitu menyiksa batinku. Membuatku bingung dengan apa yang terjadi. Mengapa disaat aku mulai mencintai seorang wanita, namun disaat itu pula halangan yang begitu besar menentang hubungan kami. Kuakui, bahwa aku tak sanggup menjalin hubungan dengan Tika. Alasan ini sungguh masuk akal. Alasanku menolak hubungan ini berlanjut sangat dapat diterima. Namun, mengapa Tika tidak dapat menerima alasan itu. Sebesar itukah rasa sayang Tika padaku?Itukah arti cinta yang sesunngguhnya?

Aku tahu Tika. Tapi, aku tak dapat melanjutkan hubungan kita. Maafkan aku. Semoga engkau dapat mengerti semua penjelasanku.

Hanya pesan singkat itu yang dapat kuberikan pada Tika. Sungguh sangat besar rasa sayangku padanya. Namun, apa boleh buat. Aku tak akan pernah mampu untuk mewujudkan keinginanku ini, karena aku sangat sadar bahwa aku memang tak akan pernah bisa.

Aku harus membohongi perasaanku. Menentang semua nasehat kata hatiku. Meski, khianat telah kulakukan pada batinku. Aku tersiksa dengan semua keputusanku ini. Aku menyesal dengan semua ini. Tapi, inilah yang memang sewajarnya kulakukan. Aku tak mau menyakiti perasaan Tika pada akhirnya. Karena jika hubungan ini kulanjutkan, maka hanya rasa sakit yang akan dia dapatkan.

Aku benar-benar tak sanggup. Hubungan ini memang harus berakhir sampai disini. Jarak yang sangat jauh menjadi halangan utama kami. Tika di Bengkulu, sedangkan aku di Makassar. Aku tak mampu menjalin hubungan ini bukan karena tak mampu untuk setia, namun aku tak ingin menjalin hubungan jarak yang sangat begitu jauh. Entah mengapa Tuhan inginkan kami bertemu, tapi menginginkan kami berpisah pula dengan cara seperti ini. Inilah salah satu skenario yang Tuhan ciptakan untukku. Untukku dan untuk Tika yang jauh di sana.

***

Based On True Story....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun