Mohon tunggu...
Riyanto
Riyanto Mohon Tunggu... Novelis - https://susahtidur.net

A stoic

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kenapa Semesta Disebut Cosmos Sementara Isinya Penuh dengan Chaos?

13 Mei 2019   15:00 Diperbarui: 13 Mei 2019   15:24 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Lalu entah bagaimana evolusi terhenti, bertahan membentuk kehidupan yang kita kenal dan memberikan keselarasan yang bertahan hingga saat ini. Atau, proses evolusi hanya tertahan dalam kurun waktu tertentu sampai pada suatu ketika ia akan mewujud kembali dan memporak-porandakan keselarasan kita yang sudah terjaga. Atau, evolusi tetap terjadi namun pada level yang tidak bisa kita lihat, dengan kasus sama seperti makhluk-makhluk level kosmik---Jika memang ada---yang tidak menyadari tentang evolusi yang terjadi ketika kehidupan di suatu planet dimulai. Kemungkinan manapun yang benar, pada intinya evolusi akan tetap berlanjut dan mengusik keselarasan kita saat ini, entah kapan pun ia datang.

Untuk sementara kita memasuki keselarasan di sekitar kita. Kita diberi waktu yang sangat lama untuk membangun peradaban zaman demi zaman dan mengukir sejarah ribuan tahun lamanya di planet ini, dan semua itu diperoleh dari ketidakselarasan yang sangat berantakan di masa lalu. Lantas, hilangkah ketidakselarasan di sekitar kita? Jelas saja tidak mungkin demikian. Ideologi-ideologi antar sesama manusia akan selalu bertabrakan satu sama lain. Terkait siapa pemimpin yang akan memimpin Negeri ini saja membuat kita saling bertikai satu sama lain. Perihal aturan terkait rambu lalulintas saja kita sering langgar. Sudah jelas bahwa ketidakselarasan sekalipun konsep evolusi tidak begitu berpengaruh, akan selalu ada di sekitar kita.

Ironisnya, kita menginginkan keselarasan kita masing-masing. Beberapa kelompok mungkin memiliki keselarasan yang sama, dan pada akhirnya ketika menemukan keselarasan kelompok lain bertentangan, level ekstrim yang terjadi adalah perang. Bukankah perang terjadi karena perbenturan ideologi dan harus ada satu ideologi yang menang? Lalu bukankah setelah satu pihak memenangkan peperangan, ideologi tersebut akan disebarluaskan dan diterima semakin banyak orang, pun kepada pihak yang kalah dalam perang tersebut?

Well, keselarasan yang diinginkan akan menciptakan ketidakselarasan, dan begitu keselarasan itu didapatkan, maka orang-orang yang dipaksa menerima keselarasan tersebut nantinya akan melakukan pemberontakan akan kelesarasan tersebut sehingga ketidakselarasan kembali tercipta. Lucu memang, bagaimana keselarasan menciptakan ketidakselarasan, dan bagaimana ketidakselarasan dapat menciptakan keselarasan.

Jika pada akhirnya keselarasan itu diterima semua orang tanpa ada pemberontakan, maka akan tercipta sistem baru yang berjalan. Apabila sistem itu adalah sistem yang bagus, keselarasan akan bertahan lama, bahkan teramat sangat lama, dan hidup harmoni antar sesama akan berjalan dengan teratur. Akan tetapi, sebaik-baiknya sistem akan tetap hancur pula.

Sekalipun tidak ada pemberontakan sama sekali, perubahan dari sistem lama ke sistem yang lebih baru pasti akan terjadi, bisa karena pemimpin sistem membuat aturan baru, pergantian proses kepemimpinan yang adil dan diterima semua orang, atau apa pun. Akan tetapi, perubahan yang tanpa disertai konflik ini tetap saja perubahan. Akan ada mereka yang menerima, pun ada yang tidak. Akan ada satu titik jenuh di mana orang-orang yang tadinya memilih diam lantas menyuarakan ideologi mereka. Apa yang terjadi dengan dua kubu seperti ini? Benar. Ketidakselarasan akan kembali terjadi. Sirna sudah keselarasan yang terjaga dengan baik selama ini.

Sebuah titik jenuh mendesak untuk perubahan segera. Desakan itu yang akan menciptakan konflik, dan konflik itu yang akan menghasilkan ketidakselarasan. Well, pada dasarnya segala hal memang memerlukan konflik. Siklus setenang apa pun pasti memiliki konfilk di dalamnya, bahkan sebuah buku, film, maupun cerita dalam bentuk apa pun akan sangat hambar jika tidak ada konflik di dalamnya.

Bukankah itu berarti dinamika antara keselarasan dan ketidakselarasan itu diperlukan? Titik jenuh membawa sebuah hubungan yang harmonis sampai kepada sebuah konflik, dan akan ada misi setelah itu, di mana misinya adalah bagaimana mengatasi ketidakselarasan agar harmoni di dalam hubungan itu kembali tercipta.

Lantas mari kita kembali ke pertanyaan pertama terkait mengapa semesta disebut Cosmos sementara isinya penuh dengan Chaos?

Jawabannya adalah karena proses ketidakselarasan dalam lingkup 'besar' sudah berlalu---setidaknya proses pembentukan semesta yang seberantakan-berantakannya sudah berlalu, mengesampingkan ketidakselarasan-ketidakselarasan pada level semesta yang masih terjadi karena lebih banyak keselarasan dibandingkan keselarasan dalam konteks semesta---sehingga terciptalah keselarasan orbit planet-planet, sistem bintang, bahkan sistem galaksi, pun keselarasan yang tercipta segala hal di semesta yang terus mengembang ini terus berlangsung waktu demi waktu.

Keselarasan terjadi dan memungkinkan kita di dalamnya dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan nyaman, tidak perlu merisaukan ledakan-ledakan bintang yang terjadi jika semesta masih dalam kondisi tidakselaras. Memungkinkan pula kita sebagai level kecil dari semesta dapat hidup dan mengatasi ketidakselarasan-ketidakselarasan kecil di sekitar kita yang terus terjadi seiring berjalannya waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun