Mohon tunggu...
Larissa NayaClorinda
Larissa NayaClorinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Student - Environmental Health Universitas Indonesia

sharing for caring

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dikenal Dapat Mencegah Anemia, Seberapa Penting Tablet Tambah Darah (TTD) bagi Remaja Putri?

18 Oktober 2021   22:53 Diperbarui: 18 Oktober 2021   23:07 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Perkembangan remaja merupakan salah satu cara untuk seseorang menjadi individu dewasa yang berkualitas. Saat ini, Indonesia sedang menghadapi permasalahan gizi yang masih marak terjadi pada remaja, yaitu anemia. Remaja yang mengalami masalah gizi akan meningkatkan resiko terhadap penyakit di usia dewasa, selain itu remaja yang memiliki masalah gizi juga berisiko melahirkan generasi yang juga bermasalah gizi.

Anemia didefinisikan sebagai keadaan rendahnya jumlah sel darah merah (eritrosit) atau konsentrasi hemoglobin darah dibandingkan dengan batas normal. Dampak yang diakibatkan oleh anemia adalah lelah, lemah, sesak nafas, kesulitan berkonsentrasi, pusing, dan kantuk (WHO, 2021). Dampak yang terjadi disebabkan oleh kadar oksigen yang dibutuhkan tubuh menurun karena oksigen dibawa oleh hemoglobin (Fikawati, et al., 2019). Kurangnya ketersediaan zat besi juga memberi efek negatif yang signifikan pada perkembangan dan fungsi otak (CDC, 2019). Daya tahan tubuh penderita kekurangan zat besi juga akan menurun sehingga mudah terkena penyakit infeksi. Selain itu, remaja yang terkena anemia berisiko hamil dengan keadaan defisiensi besi karena selama kehamilan kebutuhan zat besi akan meningkat.

Remaja putri membutuhkan zat besi yang tinggi disebabkan oleh pacu tumbuh dan juga menstruasi, dimana setiap siklus menstruasi perempuan akan kehilangan sekitar 0,56 mg/hari zat besi dalam darah (FAO, 2001). Jika pola makan pada remaja salah dimana mereka mengurangi asupan makanan untuk mendapatkan tubuh yang ideal, kemungkinan kebutuhan zat besi ini tidak dapat tercukupi. Selain itu, konsumsi zat penghambat besi juga meningkatkan risiko defisiensi zat besi.

Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, sebanyak 22,7 persen remaja putri di Indonesia mengalami anemia. Tingginya angka prevalensi anemia membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan yang bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi anemia pada remaja, meliputi:

  1. Meningkatkan sumber zat besi melalui asupan makanan seperti hati, ikan, daging, unggas, sayuran hijau tua dan kacang-kacangan.
  2. Menggunakan bahan makanan yang telah difortifikasi dengan zat besi seperti tepung terigu, beras, minyak goreng, mentega, dan beberapa snack telah difortifikasi.
  3. Mengkonsumsi suplemen zat besi seperti Tablet Tambah Darah (TTD)

WHO (2011)  menganjurkan untuk remaja dan WUS diberikan tablet tambah darah (TTD) pada daerah dengan prevalensi anemia ≥ 40% adalah setiap hari selama 3 bulan secara berurut dengan periode waktu 1 tahun dengan dosis 30-60 mg elemental iron. Sedangkan wilayah yang memiliki prevalensi anemia sebesar ≥ 20%, maka suplemen TTD yang diberikan adalah sebanyak 60 mg elemental iron dan 2800 mcg asam folat dengan kuantitas 1 kali dalam seminggu selama 3 bulan on (diberikan) dan 3 bulan off (tidak diberikan).

Sejak tahun 1997, pemerintah Indonesia sudah menjalankan program yang bertujuan menekan angka anemia gizi pada WUS dengan mengintervensi sejak usia remaja guna mendukung upaya penurunan angka kematian ibu. Hal ini dilakukan dengan cara menurunkan risiko terjadinya perdarahan akibat anemia pada ibu hamil. Program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) sebagai suplementasi zat besi pada remaja putri diharapkan akan mempersiapkan remaja putri agar ketika hamil gizi yang dimiliki sudah baik, sehingga dapat memutus lingkaran malnutrisi antargenerasi. Seiring dengan berjalannya waktu, beberapa orang menyebutkan bahwa terdapat efek samping setelah mengonsumsi TTD misalnya nyeri lambung, diare, sulit buang air besar, mual, dan muntah. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa beberapa gejala tersebut bukanlah hal yang berbahaya dan tubuh nantinya akan menyesuaikan sehingga gejala menjadi berkurang seiring berjalannya waktu. Di samping itu, tidak semua orang akan mengalaminya. Efek-efek samping tersebut dapat dihindari dengan mengonsumsi tablet besi pada malam hari (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Terlepas dari efek sampingnya, TTD sangat bermanfaat untuk menurunkan prevalensi anemia, mencegah terjadinya anemia defisiensi besi pada remaja dan ibu hamil, meningkatkan daya tahan tubuh menjadi lebih baik, menurunkan prevalensi anemia, menghindari kasus BBLR, dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Namun, yang masih menjadi persoalan terbesar dalam program pemberian TTD adalah tingkat kepatuhan remaja untuk mengikuti anjuran konsumsi TTD. Oleh sebab itu. remaja perlu patuh minum TTD karena sangat penting untuk mencegah anemia dan memberikan banyak manfaat bagi remaja.

Disusun oleh:

Allisya Aurelia, Kevinta Elinel, dan Larissa Naya Clorinda

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

REFERENSI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun