Mohon tunggu...
Larasati
Larasati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Amien Rais Maju Lagi sebagai Capres? Sudahlah Pak Amien, Istirahat Saja!

19 Juli 2018   20:30 Diperbarui: 19 Juli 2018   21:16 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini, sosok Amien Rais selalu menjadi sorotan publik. Selain karena fitnah-fitnah dan provokasinya, Ketua Dewan Kehormatan PAN ini juga menyatakan siap untuk menjadi Calon Presiden pada Pemilu 2019 mendatang.

Wacana Amien yang ingin 'nyapres' ini bukanlah isapan jempol. Amien mengaku mendapatkan gairah pasca Mahathir Muhammad menang sebagai Presiden di Malaysia.

Ambisi akan jabatan sepertnya memang sudah menjadi takdir Amien Rais. Sejak reformasi, Amien ingin menjadi orang nomor satu di Indonesia, namun nafsunya itu tak pernah kesampaian. Kini, di usianya yang sudah gaek yakni 74 tahun, Amien tetap ingin menjadi Presiden.

Manuver politik Amien Rais mulai terlihat saat aksi 212 memanas. Dia tampil sebagai tokoh oposisi pemerintahan Presiden Jokowi. Semua manuvernya itu kini menemukan jawabannya, terang benderang, bahwa Amien hanya ingin menjadi Presiden RI.

Namun sayangnya, meski telah banyak asam garam dunia politik, cara berpolitiknya sangat menjijikkan. Amien Rais banyak menyebar fitnah, provokasi atau pernyataan miring yang diungkapkan untuk menyudutkan pihak pemerintah. Parahnya, Amien juga kerap memanfaatkan sentimen SARA untuk menjatuhkan lawan-lawannya.

Padahal, kalau kita mau jujur, Amien Rais ini sudah tidak layak menjadi Capres kembali. Karena majunya dia sama saja menutup kemungkinan dan peluang generasi muda yang lebih kompeten untuk tampil memimpin Indonesia.

Amien Rais adalah bagian dari masa lalu yang tidak laku lagi. Akan lebih bijak bila Amien Rais menjadi teladan san mengayomi anak-anak muda agar bisa menjadi pemimpin masa depan.

Sikapnya yang masih ambisius, terlalu menekankan nafsu kekuasaan, dan gila hormat tidak menjadikannya lebih arif sebagai negarawan. Sebaliknya, dia hanya sosok ambisius pragmatis khas Sengkuni yang suka mengadu domba dalam cerita pewayangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun