Isu Stasiun Gambir Jakarta pensiun, menuai sorotan dan perbincangan publik. Benarkah Stasiun Gambir Jakarta beneran akan ditutup?
Stasiun Gambir Jakarta kini sedang jadi perbincangan publik di media sosial. Pasalnya, Stasiun Gambir Jakarta yang melayani perjalanan jarak jauh ini diisukan akan pensiun. Terlepas dari hal tersebut, namun ternyata Stasiun Gambar Jakarta ini menyimpan fakta menarik  yang jarang diketahui orang. Apa sajakah itu?
1. Stasiun Gambir Jakarta dulu bekas tanah rawa
Fakta pertama, sebelum Stasiun Gambir Jakarta sebagus sekarang. Namun, ternyata dulunya berkas tanah rawa yang yang dimiliki oleh orang Belanda bernama Anthony Paviljoen. Dan pada tahun 1697, tanah rawa tersebut beralih kepemilikan kepada Cornelis Chastelein, yang kemudin didirikan dua kincir sebagai penggiling tebu.
Baca juga: Asbak Berjajar di Stasiun Gambir
Tahun 1987, rumah tersebut diubah menjadi Stasiun Weltevreden yang saat itu menjadi perlintasan kereta api. Dan 31 tahun kemudian, stasiun tersebut berganti nama menjadi Batavia Koningsplein. Tahun setelah pergantian nama pada tahun 1950-an, Stasiun Gambir pun hadir dan beroperasi sampai saat ini melayani kereta jarak jauh.
2. Pengembangan Stasiun Gambir
Pada tahun 1967, stasiun gambir melakukan pengembangan inovasi yang mana pada saat itu gubernur DKI Jakata Ali Sadikin dan gubernur Jawa Barat Solihin GP melakukan kerja sama pembangunan Kawasan Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi) agar menarik penduduk menetap di kawasan Jabodetabek. Salah satu wujudnya ialah membangun proyek pembangunan jalur layang kereta api Jakarta-Manggarai.Â
Baca juga: Harga Parkir Dahsyat di Stasiun Gambir
Pada saat itu, Â Stasiun Gambir menjadi salah satu stasiun yang berfungsi sebagai perhentian di jalur layang. Stasiun Gambir baru kemudian dibuka untuk umum bersamaan dengan peresmian jalur pada Jumat 6 Jumat 1992. Peresmian tersebut dilakukan langsung oleh Presiden Soeharto dengan ditandai pengoperasian Kereta Api Listrik.