Mohon tunggu...
Asiana R
Asiana R Mohon Tunggu... -

born to be a pro justice

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Rok Mini Paha Mulus: Ini di Indonesia, Bung!

18 September 2011   19:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:51 4028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_135807" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Pro kontra soal rok mini di metro mini atau di angkot atau di bus kota. Sudah banyak pakar membicarakan hal ini - dari sisi pro dan kontra tentu saja. Singkatnya, ada beberapa faktor mengapa pemerkosaan bisa terjadi. Faktor Manusianya (pelaku) 1. Bagi yg beragama Bagi yg beragama dan mencoba patuh beragama dengan tidak melanggar moral agama, maka insan beragama yg demikian tentu tidak akan memperkosa wanita dalam keadaan telanjang sekalipun kalau ada di depannya. Mereka yg tahu pemerkosaan adalah dosa besar tetapi tak peduli ancaman dosa berpotensi menjadi pelaku pemerkosa. 2. Agnostic atau atheist Bagi yg tidak tidak beragama atau agnostic tentu saja melihat pemerkosaan dari sudut pandang hukum yg berlaku di wilayah tersebut.  Individu agnostic atau atheist menjadi berpotensi melakukan pemerkosaan ketika dirinya tidak lagi takut dengan ancaman hukum yg ada.  Istilah pemerkosaan adalah perbuatan biadab di mata hukum sudah lenyap di kepala orang2 seperti ini. Faktor Lingkungan 1.  Tempat Di mana tempat terjadi pemerkosaan?  Di mana saja sepanjang tempat tersebut memberi rasa "aman" buat si pelaku untuk memerkosa.   Merasa aman untuk 20 menit sekalipun sudah cukup untuk perbuatan pemerkosaan kilat.  Sebagaimana waktu, tempat juga memiliki ciri-ciri yang jadi favorit bagi pemerkosa.  Tempat terbagi dua, yg pertama ialah tempat pelaku menjebak si korban dan kedua tempat di mana proses perkosaan dilakukan.  Kadang-kadang tempat kategori satu tidak diperlukan kalau tempat proses perkosaan sdh memenuhi syarat ketika (calon) korban ada di situ. 2. Waktu Kapan waktu terjadinya pemerkosaan?  Kapan saja sepanjang waktu yg dibutuhkan "aman" dirasa oleh pelaku pemerkosaan.  Namun waktu pemerkosaan memiliki ciri-cirinya, misal lebih umum pemerkosaan terjadi pada waktu malam.  Mengapa malam?  Karena biasanya waktu di malam hari jumlah manusia berseliweran sudah berkurang, peluang untuk terjadinya kejahatan pemerkosaan dengan sendirinya makin meningkat berbarengan makin sepinya keadaan. 3. Provokasi media Media yg dimaksud di sini ialah apa saja alat pronografi yg tersebar di masyarakat yg akan dijadikan stimulan bagi (calon) pelaku pemerkosaan.  Awalnya mungkin tidak terjadi niat untuk memperkosa, tapi begitu selesai menonton misalnya film BF dan sejenisnya, di dorong oleh faktor2 yg telah disebut di atas dan berikut di bawah ini, terjadilah pemerkosaan. Faktor korban Korban perkosaan tidak pandang bulu. Kadang merinding bulu kuduk kita saat baca berita di koran anak balita pun jadi korban perkosaan.  Demikian juga wanita renta. 1. Gaya berbusana Demonstrasi wanita2 seperti yg masuk berita -  issue rok mini dan pemerkosaan - memperlihatkan pada kita kalau perempuan sebagiannya sangat keberatan kalau pemerkosaan disimpulkan penyebabnya karena faktor cara berbusana, seperti yg dituding Gubernur DKI yg kemudian beliau menarik kembali ucapannya. Benarkah cara berbusana wanita tidak menjadi andil terjadinya pemerkosaan? Jawaban pertanyaan ini ada dua: iya dan tidak.  Untuk lelaki yg taat dengan agama (takut dosa) atau lelaki yg takut akan hukuman akibat memperkosa tentu tidak akan memerkosa wanita pakai rok mini meski waktu dan tempat sangat mendukung untuk memperkosa si wanita. Namun ada lelaki yg karena terus2 menerus dibombardir oleh pornografi (apalagi lelaki belum beristeri) dan tidak peduli dengan dosa atau ancaman hukuman negara,  didukung oleh faktor waktu dan tempat hampir bisa dipastikan akan terjadi pemerkosaan. Membantah rok mini tidak menjadi salah satu faktor pemerkosaan adalah sikap kenaifan. Perempuan memang memiliki hak menentukan sendiri gaun jenis apa yg ingin dipakainya, tetapi mestinya perempuan juga sadar di mana dia berada ketika memutuskan jenis pakaian terntetu untuk dikenakan. Ini Indonesia bung! Kita tidak bisa percaya begitu saja kondisi dan keadaan sekeliling cukup aman.  Negara saja melakukan kejahatan2, konon pula individu di waktu dan tempat yg membuatnya bebas memperkosa secara aman?  Jangan mengharapkan negara/lingkungan akan menjamin keamanan tapi diri sendirilah yg mesti lebih aktiv mengambil inisiatif mencegah kemungkian diperkosa. Jangankan di Indonesia, di negara maju sekalipun pemerkosaan itu tetap berlangsung dan meski di sana ada jaminan kepastian hukum bagi pemerkosa, tetap saja tidak membuat angka2 pemerkosaan turun drastis atau nihil.  Alasan terjadinya pemerkosaan di sana toh memiliki kemiripan dengan faktor2 yg telah disebut di atas. 2. Kesendirian Korban perkosaan mana yg terjadi bukan pada wanita yg lagi sendiri?  Dua wanita atau lebih kemudian disergap dan diperkosa secara bergantian saya kira terjadi sangat2 langka. Sejauh ini penulis belum pernah baca berita hal begini terjadi.   Waktu, tempat, gaya busana yg merangsang plus kesendirian dihadapkan pada lelaki yg sudah terprovokasi untuk melakukan hubungan seksual, pemerkosaan sudah bisa dikatakan hampir pasti terjadi 100%. Buktinya seperti kita baca di koran pemerkosaan yg didukung oleh syarat2 di atas kerap terjadi. 3. Pertahanan diri Kalau di negara barat ada pembelajaran buat wanita bagaimana mengantisipasi kemungkinan diperkosa.  Wanita di saja sejak dini diperkenalkan dengan cara2 membela dan mempertahankan diri menghadapi ancaman pemerkosaan.  Bagaimana dengan Indonesia?  Setahu saya secara resmi pemerintah - lewat institusi pendidikan misalnya - tidak pernah mengkampanyekan issue ini ke masyarakat luas.  Cuma media massalah yg kerap mengambil inisiatif memberi artikel tindakan2 pencegahan dan perlindungan ketika menghadapi ancaman pemerkosaan.  Selebihnya issue pemerkosaan hanya menjadi urusan individual, artinya mau terjadi atau tidak sebuah tindakan pemerkosaan bergantung pribadi masing2.  Bagi yg sadar akan perlindungan diri atau keluarganya maka mereka akan mencari jalannya sendiri untuk terlepas dari kemungkinan pemerkosaan. Saya kira bukanlan ide yg buruk bila kelompok2 masyarakt seperti arisan dan pengajian atau group2 lainnya memasukkan issue pencegahan pemerkosaan dalam agenda pertemuan mereka sekali waktu.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun