Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ingin Bisa Menulis Puisi Seperti Sapardi Djoko Damono? Begini Triknya

3 Februari 2017   22:08 Diperbarui: 4 Februari 2017   19:36 2066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar menulis puisi bersam Sapardi Djoko Damono. (sumber foto: Trie yas)

Semua orang bisa menulis puisi. Bagaimana caranya bisa menulis puisi ? Tentu harus banyak membaca. Kenapa harus banyak membaca? Karena dengan membaca akan banyak referensi dan gambaran dalam merangkai kata-kata. Mengenali kaidah berbahasa Indonesia juga penting.

Begitulah kira-kira jawaban Sapardi Djoko Damono. Ketika ada yang bertanya bagaimana cara menulis puisi. Penulis puisi Hujan Bulan Juni ini menyarankan jika ingin dikenal sebagai penyair, kirim tulisan ke redaksi surat kabar. Nanti redaksi yang akan menilai tulisan kita layak tidak masuk rublik puisi.

“Puisi itu hanya akal-akalan saja, bisa kalian baca puisi-puisi penulis Indonesia dan isinya metafora, akal-akalan. Buku Babad Batu dinobatkan sebagai buku puisi terbaik oleh Tempo, padahal saya nulisnya ngawur. Jadi jika ada yang ingin menulis puisi, ya nulis saja, tidak usah memikirkan bagus atau jelek. Puisi itu tidak ada yang bagus dan tidak ada juga yang jelek.”

Namun lebih lanjut Sapardi menilai puisi adalah kata yang menjadi bunyi, yang menjadi gambar dan sebaliknya. Hingga akhirnya enak dinyanyikan, berima, berirama. Bahkan puisi bisa berkembang menjadi media yang lebih luas, Menjadi komik, cerpen, Bahkan film. Dia menyarankan jika ingin menulis puisi, tulislah yang enak dibunyikan dan didengar.

Awal Sapardi menulis dan mencintai puisi berawal ketika membaca puisi Rendra. “Ketika saya membaca puisi karya Rendra, saya sangat menikmatinya. Mungkin, saya juga terbantu dengan karakter penulisan beliau yang cukup gamblang.”

Pelajaran penting lain yang Sapardi sampaikan yakni tentang jarak estetis. Ketika menulis puisi usahakan berjarak dengan objeknya. “Menulislah ketika sudah melepas emosi, biarkan emosi tersebut menjauh dulu hingga lima meter di depan”, ujar penyair yang puisi-puisinya dijadikan musikalisasi.

Begitulah cerita Sapardi membagikan pengetahuan sastra yang telah digeluti selama puluhan tahun. Prinsip puisi adalah kesederhanaan. Cerita Sapardi dalam perproses puisi bisa di lihat dalam video ini;

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun