Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

5 Ironi Perilaku Masyarakat Saat Pandemi Meningkat

10 Juli 2021   00:23 Diperbarui: 10 Juli 2021   01:08 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ekspresi kesal. Sumber: pixabay.com

Proses tes swab oleh Nakes. Sumber: ugm.ac.id
Proses tes swab oleh Nakes. Sumber: ugm.ac.id
Hal serupa juga saya dengar dari sebuah perusahaan yang memutuskan melakukan swab sendiri dengan pertimbangan jika harus swab ke klinik atau rumah sakit akan menimbulkan biaya yang besar, apalagi jika semakin banyak jumlah karyawan yang terdata dalam proses tracing dan harus menjalani swab antigen dengan biaya ditanggung penuh oleh perusahaan.

Sebenarnya boleh tidak sih melakukan swab sendiri? Melansir dari halodoc.com ternyata proses swab antigen yang tidak dilakukan oleh ahlinya yaitu tenaga kesehatan, apalagi tidak dilakukan dengan tepat,  bisa menimbulkan berbagai dampak bagi pasien maupun orang lain. 

Selain penularan COVID-19, ada pula dampak swab antigen yang mungkin saja terjadi sebab orang awam yang melakukan swab sendiri tak memahami struktur anatomi hidung atau tidak mengetahui bagian yang harus diambil. 

Dampak yang mungkin saja terjadi pada orang awam yang melakukan tes swab untuk dirinya sendiri atau melakukannya untuk orang lain misalnya: terjadinya luka didalam rongga hidung, tangkai swab patah didalam rongga hidung karena struktur rongga hidung yang bengkok, kesalahan penanganan jika terjadi tangkai patah, dan sebagainya.

3. Positif Covid-19 tapi Diam Saja: Kenyamanan diri yang merugikan orang lain.

Tidak tahu kalau tertular karena dia tidak lapor.

Nah masih banyak kejadian di dalam masyarakat yang menyimpan rapat-rapat apabila dirinya atau anggota keluarganya terkena virus Covid-19. Ada berbagai alasan misalnya merasa malu, takut dikucilkan, tidak mau repot dengan pengurus RT sampai dengan pihak Puskesmas, dan yang paling parah adalah sikap mental merasa tidak ada untungnya jika melapor ke RT atau Satgas Covid-19 setempat.

Ilustrasi Seseorang yang merahasiakan bahwa ia terkena Covid-19. Sumber: Pixabay.com
Ilustrasi Seseorang yang merahasiakan bahwa ia terkena Covid-19. Sumber: Pixabay.com
Di lingkungan saya pernah terjadi ada warga yang terkena Covid-19 namun tidak melapor kepada pengurus RT segera setelah hasil swab diketahui positif. Dampaknya ketika laporan yang sudah telat diterima pengurus RT dan diumumkan di WA grup maka respon yang muncul adalah kekecewaan warga, rasa kesal, sisnisme, dan sebagainya tumpah-ruah di WA grup.

Perilaku tidak lapor mewakili sikap menutup diri, tidak mempedulikan lingkungan yang selama ini menjaga harmoni, menjaga keamanan dan kenyamanan dari ancaman Covid-19 yang berkepanjangan. Sebuah perilaku yang sangat disayangkan, disaat semua orang berusaha berjuang untuk tetap sehat secara personal maupun komunal.

Jika seseorang dinyatakan postif Covid-19 lalu ia tidak melapor, bisa jadi banyak orang disekitarnya tidak mencoba menjaga jarak karena tidak tahu. Tetap melakukan kontak seperti biasa baik untuk urusan bisnis, urusan kemasyarakatan, maupun urusan lain. Bisa dibayangkan potensi kefatalan yang terjadi? 

Penyebaran virus kepada banyak orang secara "silent". Kasihan mereka yang memiliki penyakit bawaan atau memiliki imunitas rendah, sangat mungkin akan mengalami kematian.

Sebenarnya apa sih tujuan wajib lapor kepada Satgas Covid-19 atau kepada RT setempat? Setidaknya ada 2 manfaat yang hendak dicapai dengan adanya sikap keterbukaan dan kesediaan melapor. 

Yang pertama adalah RT setempat bisa mengkoordinasikan semua warga untuk mendukung secara moril maupun materiil dengan menyiapkan kebutuhan pokok selama warga yang positif Covid-19 menjalani isolasi mandiri. Sesuatu yang sangat baik dalam hubungan sosial kemasyarakatan, dimana rasa peduli dan tolong-menolong dibiasakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun