Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cara Jitu Mengajari Anak Menentukan Prioritas Sejak Dini

2 Juli 2021   18:02 Diperbarui: 3 Juli 2021   02:00 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangtua mengajarkan anak menentukan prioritas sejak dini (Sumber: shuttestock via lifestyle.kompas.com)

Kita akan memanfaatkannya untuk bisa digunakan membantu anak, dengan disesuaikan daya nalar anak dan bahasa yang mudah mereka tangkap.

Sebelum mengajarkan kepada mereka, mari kita pelajari dulu alat bantu sederhana ini:

Matriks Eisenhower (Sumber: The Decision Book)
Matriks Eisenhower (Sumber: The Decision Book)
Pertimbangan yang diambil didasarkan pada derajat penting dan mendesak dari yang hendak diputuskan. 

Dalam matriks ini terdapat 4 bidang situasi penilaian yang harus kita lakukan yaitu:

Tidak Penting, Tidak Mendesak

Contohnya seorang anak bernama Viel masih berusia 7 tahun berada di kelas 1 SD sedang mengerjakan PR. Tentu tidak sendiri, sebab butuh pendampingan orang tua, anggaplah saat itu anda sedang mendampinginya mengerjakan PR.

Tiba-tiba beberapa anak menghampiri ke rumah dan dengan serempak penuh semangat berteriak merdu, "Viiieeel....ayo maiin, Viiel...ayo maiin, Viiieeel...ayo main...". Cobaan berat bukan, heee..

Bagaimana cara mengedukasi anak agar memahami situasi ini, mengerti tanggung jawabnya dan bisa memutuskan tindakan berdasarkan pertimbangan yang benar? Bukalah dialog yang membuat anak merasa mendapatkan solusi atas dua situasi yang sama-sama ingin ia nikmati.

Misalnya, "Adik ayo PR-nya tinggal sedikit lagi, setelah selesai mengerjakan PR adik boleh bergabung dengan teman-teman untuk bermain sepuasnya". 

Di sini kita mengajarkan anak untuk berani melakukan penundaan atas sebuah kesenangan. Ini adalah tentang latihan kemampuan mengendalikan diri, mengendalikan keinginan demi sesuatu yang lebih baik kemudian.

Atau, bisa juga dengan mengatakan bahwa adik adalah anak hebat, adik bisa mengerjakan PR dulu sampai selesai baru kemudia bermain bersama teman-teman. Pakailah bahasa persuasif yang memberikan apresiasi bahwa anak adalah pribadi yang memiliki hak untuk menentukan pilihan yang baik.

Jangan menggunakan kata larangan atau bahkan perintah yang akan membuat hati anak menciut. Jika itu yang sering dilakukan maka dampak ke depannya anak akan menjadi penurut karena takut, sekadar ingin menyenangkan orang tua atau orang yang lebih berkuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun