Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Metafora Kehidupan Anda?

23 Februari 2021   12:00 Diperbarui: 22 Agustus 2023   18:14 2225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi metafora kehidupan dalam lirik lagu (sumber: Sonora.id)

Orang seperti ini biasanya memiliki prinsip dan nilai yang kuat dalam benaknya, mereka tidak mudah menyerah untuk setiap situasi sulit yang dihadapi, mencoba bersabar menghadapi kesesakan hidup, melatih diri agar semakin berkarakter, dan pada akhirnya bisa mencapai tujuan religiusnya.

Cara Baru Memanfaatkan Metafora Kehidupan 

Maksudnya adalah, jika saat ini anda ingin berubah dari kondisi sekarang menjadi kondisi tertentu yang anda harapkan, maka anda harus mengubah metafora kehidupan anda. 

Sebagai contoh, selama bertahun-tahun anda memandang hidup ini sebagai sebuah  perlombaan, dampaknya anda membangun mental anda sebagai petarung atau pejuang, kemenangan adalah tujuan utama dari setiap hal yang anda lakukan. 

Mempengaruhi pola pikir orang agar menuruti apa yang anda tawarkan, beradu argumentasi dan kemampuan demi kemenangan, serta melakukan berbagai strategi agar mendapatkan kemenangan dari pihak lain. 

Suatu kali mungkin anda merasa capek, tidak ada rasa damai, tidak banyak teman, semua kaku dan formal, kemudian anda berpikir untuk "hidup lebih slowdown" dan menikmatinya dengan banyak kegiatan sosial dan menjalin relasi dengan semakin banyak orang.

Maka tentu saja anda tidak bisa tetap menggunakan metafora bahwa hidup ini adalah perlombaan. Jika anda masih memandang hidup ini adalah perlombaan maka anda akan terpancing untuk terus berkompetisi, mengalahkan orang lain sebagai syarat kemenangan agar tetap eksis. 

Anda harus merubah metafora kehidupan anda dengan yang lain, misalnya "Hidup itu laksana air, memberikan kehidupan kepada setiap insan". 

Dengan demikian maka anda akan menjadikan hari-hari anda penuh kebaikan bagi orang lain, tidak lagi melihat mereka sebagai lawan  tetapi sebagai kawan, sebagai sesama yang memiliki hak hidup sama berharganya, sehingga harus dijaga hubungan yang saling menghormati dan memanusiawikan satu sama lain.

Seorang yang pada masa kecil sering menjadi korban bullying, bisa jadi memiliki dendam yang bertumpuk-tumpuk pada sosok yang menyakitinya. Itu sebabnya sampai menjadi dewasa bertahun-tahun kemudian ia berperilaku tertutup, memandang orang lain dengan penuh curiga, tidak bisa percaya kepada siapapun, dan selalu merasa insecure (tidak aman). 

Pengalaman bullying dimasa kecil telah membuat pikiran bawah sadarnya memberikan gambaran bahwa dunia ini kejam, maka jangan mudah menjadi baik atau dekat dengan siapapun. Gambaran inipun adalah sebuah metafora kehidupan, yaitu, "hidup ini kejam".

Untuk merubahnya maka tentu saja harus melalui banyak tahapan, dan salah satunya adalah merubah metafora "hidup ini kejam" menjadi "hidup ini indah, aku dikasihi banyak orang". Dengan demikian maka perlahan, pola pikir, pola tindak akan beranggsur-angsur lepas dari rasa insecure dan curiga menjadi terbuka dan bersahabat.

Menilik Kedalam Diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun