Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tanggalkan Residu Emosimu di Teras Rumah!

12 Desember 2020   01:02 Diperbarui: 12 Desember 2020   05:41 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbahagialah orang yang lemah-lembut, karena merekalah yang memiliki alam semesta ini. NN

Aktivitas sehari-hari yang kita lakukan baik di dalam rumah tangga, masyarakat, komunitas, maupun pekerjaan tentu membutuhkan keterlibatan pikiran dan perasaan yang intensif. Intensitas dan kedalaman keterlibatan pikiran dan perasaan akan berbeda-beda tergantung dari peran dan fungsi kita di situasi tersebut.

Ambillah contoh di tempat kerja. Salah satu fungsi kita ditempat kerja adalah untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi semua pihak terkait, misal: polisi yang sedang meredam aksi demo yang sangat kacau, dokter bedah yang berjam-jam berusaha menyelamatkan nyawa pasien dengan tindakan pembedahan yang rumit, seorang pramuniaga merapikan ulang display produk agar pelanggan mudah menemukan barang yang ingin dibeli, seorang staf customer relation menjawab keluhan pelanggan via telepon, seorang kepala produksi yang memutuskan untuk memerintahkan lembur anak buahnya agar target tercapai, bahkan juga ketika seorang manajer terpaksa tegas dan terkesan marah kepada anak buahnya karena terlalu sering terlambat datang bekerja sehingga jumlah jam yang hilang lebih dari yang diijinkan oleh aturan perusahaan. Atau mungkin ada pelanggan yang terlalu kritis dan cenderung mengkritik secara tajam semua layanan yang telah diberikan seolah-olah tidak ada yang memuaskan, sehingga membuat kita menjadi kesal sekali.

Nah semua aktifitas yang melibatkan pikiran dan perasaan yang kita lakukan selama bekerja seharian atau relasi sosial yang kita lakukan dengan orang lain di setiap harinya seringkali menguras emosi kita, dan biasanya emosi itu adalah emosi negatif berupa rasa kesal, marah, jengkel, kecewa, dan emosi-emosi negatif lainnya.

Sebenarnya dimanakah semua emosi itu berada? tentu ada di dalam pikiran kita, di dalam otak kita. Berbagai hal yang berseliweran di dalam kepala kita tersebut membuat diri kita menjadi tegang. Ketegangan ini menjadikan perasaan kita sensitif bahkan terhadap hal-hal kecil sekalipun, yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Secara fisiologis, gelombang otak kita sedang dalam kondisi paling aktif, paling siaga untuk merespon hal-hal yang ada disekitar kita, sayangnya  karena sudah telanjur emosi (rasa nyaman terganggu, merasa terancam, merasa tidak dihargai, merasa dihakimi, dan sebagainya) maka respon-respon yang kita berikan biasanya negatif: bisa dalam bentuk verbal ataupun non verbal. Dalam bentuk non verbal biasanya dengan bahasa tubuh seperti mata melotot, berkacak pinggang, tangan mengepal teracung ke arah lawan, dan sebagainya. Dalam bentuk verbal seperti kata-kata yang kasar, sinisme, bentakan, atau serangan verbal lain. Kadang kala karena emosi yang sangat meluap-luap akhirnya dilampiaskan secara spontan dalam bentuk serangan fisik seperti menjewer telinga, mencubit, menampar, atau menendang.

Terkadang tanpa kita sadari ketika sudah sampai di rumahpun, masih ada sisa emosi yang terbawa. Wah, dampaknya bisa sangat merusak suasana rumah yang semestinya dipenuhi dengan rasa senang karena semua anggota keluarga kembali berkumpul di sore hari, setelah seharian masing-masing sibuk dengan berbagai urusan diluar rumah.

Itulah sebabnya kita perlu menanggalkan sisa-sisa emosi negatif yang terbawa tersebut, bayangkanlah kita menanggalkannya di teras rumah kita, syukur-syukur di pintu pagar halaman rumah, sehingga tidak ada kesempatan emosi negatif ikut masuk ke dalam rumah. Menanggalkan emosi disini dilakukan dengan cara meredakan ketegangan yang ada dalam diri kita. Aktivitas gelombang otak yang sedemikian aktif dan penuh siaga tersebut  perlu diturunkan tensinya dengan memberikan stimulus  yang menyenangkan, dan bisa diterima oleh otak kita sebagai hal yang  kondusif.

Nah bagaimana caranya menanggalkan residu emosi tersebut? Setiap orang bisa memiliki caranya masing-masing agar residu emosi bisa dilepaskan dulu sebelum masuk rumah dan lanjut berinteraksi dengan setiap anggota keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun