Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Belajar dari Mbak Sales

28 Agustus 2019   17:10 Diperbarui: 29 Agustus 2019   08:14 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan yang baru pulang kerja. (Pixabay/Stocksnap)

Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman, namun tidak jujur itu sulit diperbaiki.

Minggu yang lalu tepatnya pada hari Kamis jam 9 pagi saya menerima telpon dari bagian Front Office, yang menyampaikan bahwa ada sales produk waterproofing system  yang ingin bertemu saya. 

Sebenarnya saya agak malas menemui tamu yang tidak janjian lebih dulu, tapi karena saya teringat bahwa kalau musim hujan pasti ada atap kantor dan  pabrik yang bocor maka saya rada tertarik, jadi saya bilang ke staf Front Office agar sales tersebut menunggu sebentar.

Selang 10 menit saya turun dan menemui sales tersebut di lobby bawah. Saya dari awal berpikir bahwa salesnya pasti laki-laki karena dalam hal pemasaran bahan bangunan dan kelengkapannya lazimnya demikian, namun rupanya sales yang ini adalah wanita. Sekilas saya tidak begitu yakin dengan penampilannya, dimulai basa-basi lalu perkenalan. 

Ketika mulai memaparkan tentang produknya saya melihat mbak ini mulai nyaman dan kelihatan semakin percaya diri ditandai dengan senyum dan gesture yang rileks. 

Lebih menarik lagi ketika diskusi mengenai jenis-jenis kerusakan bangunan yang sering terjadi dan bagaimana solusinya jika menggunakan produk dari perusahaannya. Ditambah dengan foto-foto beberapa perusahaan, rumah sakit, kampus, mall dan instansi yang menggunakan produknya dan memberikan testimoni yang baik alias puas.

Setelah diskusi sekitar 30 menit tiba-tiba mbak ini mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak punya basic pengalaman sebagai tenaga penjual alias sales. Saya agak terkejut karena selama 30 menit itu saya menangkap kesan bahwa dia cukup bagus menampilkan diri sebagai seorang sales. 

Dia mengatakan bahwa dia adalah sarjana akuntansi dan selama 13 tahun berkarir di sebuah rumah sakit swasta besar, memulai karir dari bendahara sampai akhirnya menjadi supervisor di bagian akuntansi. Satu level lagi ia bisa naik menjadi manajer yang langsung bertanggungjawab kepada direktur.

Karena sesuatu hal ia memutuskan untuk resign dan ingin istirahat di rumah. Beberapa hari menikmati masa menganggur seorang rekannya menawarkan untuk menjadi bagian dari tim salesnya yang bergerak dalam pemasaran waterproofing system. 

Dan dengan niat setengah hati alias mulanya coba-coba saja pingin tahu dunia lain, yang sama sekali asing baginya sebagai mantan staf akunting selama 13 tahun. 

Awalnya agak janggal dengan sistematika kerja para sales, ada target, ada rencana kerja, ada kanvasing, ada report harian yang sepertinya merepotkan. Belum lagi karakter para sales yang bicaranya blak-blakan, kalau memberi masukan seolah mengkritik, apalagi kalau target akhir bulan tidak masuk biasanya ada sedikit pressure. 

Tetapi itu hanya berjalan satu dua bulan saja katanya, bulan ketiga ia mulai terbiasa dengan ritme kerja tim barunya tersebut. Apalagi dengan dukungan branch manager yang terus memberikan mentoring dan coaching performance ternyata mampu membuatnya mulai berhasil memasarkan produknya. 

Selain mulai terbiasa ia juga merasa senang sekarang bisa pergi kemana-mana, bertemu banyak orang, tidak seperti 13 tahun ini yang hanya duduk dibelakang komputer dengan wajah tegang menghitung dan memeriksa laporan keuangan berjam-jam.

"Keterampilan apapun bisa dipelajari, namun karakter menjadi hal utama dalam pengembangan diri kita."

Wow.. 13 tahun sebagai staf akunting, banting stir menjadi sales yang harus keliling menawarkan produk waterproofing yang sama sekali bukan dunianya. Saya cukup appreciate kepada mbak ini, sebagai orang yang tahu tentang ke-hrd-an saya tahu persis bahwa seorang staf akuntansi adalah orang dengan karakter: tekun, fokus, teliti, sabar, jujur, disiplin, menjaga rahasia, dan tahan bekerja di kantor dalam waktu lama. 

Artinya bahwa karakter ini sangat bertolak belakang dengan karakter seorang sales atau tenaga pemasar yang: suka haha-hihi, riang, suka bicara, mampu mempengaruhi, dan good looking.

Ibarat menemukan harta karun berharga dalam tanah, tepat dibawah tempat kita berdiri selama 13 tahun, dan baru menyadarinya. Potensi dalam diri kita kadang seperti itu, seperti harta terpendam yang kalau tidak digali tidak akan ditemukan. 

Pengalaman mbak sales di atas bisa saja terjadi dalam diri kita, yang mungkin selama ini sudah bertahun-tahun bergelut dengan sebuah dunia pekerjaan yang mungkin kita yakini sebagai satu-satunya pilihan kita. 

Modal dasar kita adalah karakter dan ketika karakter dasar itu sudah kuat terasah maka kita mampu untuk mempelajari kompetensi baru yang berbeda dengan bidang keilmuan kita. 

Karakter postitif yang kuat akan menjadi pondasi yang bagus untuk berjuang menguasai kompetensi baru, fight dengan tantangan baru, dan beradaptasi dengan dunia yang baru, tentu harus didukung pula dengan kemauan dan tekat yang kuat untuk merubah diri menjadi lebih baik.

Bung Hatta, Bapak Proklamator kita adalah tokoh yang sangat kuat memegang prinsip tentang karakter, beliau berkata,"Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman, namun tidak jujur itu sulit diperbaiki". 

Keterampilan apapun bisa dipelajari, namun karakter menjadi hal utama dalam pengembangan diri kita.

Jadi tidak ada kata berhenti untuk mengembangkan potensi diri kita, dengan cara mencoba sesuatu yang baru, bahkan sekalipun itu bukan dunia kita. Rejeki Tuhan yang sediakan, kita yang harus mencarinya. Semangat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun