Para pemimpin perlu memahami perbedaan generasi sejalan dengan memahami berbagai gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tipe anggota tertentu, sehingga mereka lebih bertahan dan bertanggungjawab terhadap pekerjaanya (Rony, 2016). Â
Hal pertama terkait gaya kepemimpinan untuk anak buah anda yang milenial adalah tentang cara berkomunikasi: pakailah gaya komunikasi secara jelas, transparan dan apa adanya.Â
Mereka merasa bahwa semua orang disekitar mereka adalah rekan kerja, oleh karena itu mereka merasa tidak perlu kaku dengan birokrasi dan hal-hal prosedural yang justru menghambat kecepatan kerja mereka.Â
Berikan ruang untuk mereka berekspresi atas ide-ide orisinil yang bisa mereka produksi dalam tim anda. Membiasakan dialog berisi pertanyaan bebas dan jawaban yang membawa berbagai alternatif solusi adalah suasana yang menarik bagi milenial, mereka akan merasa memiliki ruang untuk berpikir dan berkreasi yang lebih luas.
Hal kedua adalah jadilah sahabat, bukan bos. Mereka lebih nyaman dengan pemimpin yang menempatkan dirinya sebagai sahabat dari pada pemimpin yang beratribut senior, kepala, bos, pimpinan, dan sebagainya.Â
Sahabat adalah sosok yang terbuka untuk berdiskusi, menyenangkan, bersedia menerima pemikiran yang berbeda bahkan kontroversial, mau memberi masukan tanpa syarat, dan mau menjadi mentor bagi anak buahnya.Â
Rasanya agak berat jika anda adalah manajer atau pemimpin yang dilahirkan di era Generasi X atau Generasi Baby Boomer, yang terbiasa dengan iklim formal, birokratis, terstruktur, dan teratur walaupun terkesan kaku.Â
Tidak perlu merasa kalah atau mengalah, sebab ini memang perubahan zaman, perubahan generasi, dan andalah yang harus lihai dalam mengikuti perkembangan dan beradaptasi supaya esensi kepemimpinan anda yaitu menginspirasi anak buah anda bisa terjadi. Satu-dua kali jadilah coach bagi mereka untuk meningkatkan produktivitas mereka seturut dengan apa yang ada dalam pikiran mereka mengenai sebuah sasaran yang harus dicapai.Â
Cara memanggil dan menyebut pun layak untuk dipertimbangkan dari Pak atau Bu menjadi Mas, Mbak, Bang atau Kak, lebih terkesan akrab dan dekat bukan?
Hal yang ketiga adalah jadikan target kerja sebagai kesepakatan bersama, bukan beban kerja pribadi. Milenial membutuhkan dukungan untuk belajar dan berkembang dalam rangka mencapai target kerja, ketika and sebagai manajer menempatkan target kerja ini sebagai kesepakatan bersama untuk diraih maka mereka tidak akan merasa sendiri.Â