"Besok (hari ini, red) adalah salah satu hari Al-Aqsha. Kita tidak boleh meninggalkannya. Pada hari seperti ini, Nabi kalian diperjalankan dalam satu malam ke masjid ini dan beliau mengimani para nabi Allah di dalamnya." Ujar Hunadi Hulwani salah seorang aktivis wanita saat berjaga di Al-Aqsha seperti dilansir oleh Info Palestina.
Hulwani menambahkan, "Makmurkanlah masjid ini, semoga langkah salah satu dari kalian sesuai dengan langkah salah satu nabi Allah malam itu, dan semoga kita mengirimkan fajar baru menuju kemenangan setelah malam ini."
Para Aktivis dari Al-Quds dan dari berbagai wilayah yang diduduki oleh Israel sejak tahun 1948 menyerukan untuk berjaga di Masjidil Aqsha sejak kemarin dalam rangka memperingati peristiwa Isra Mi'raj. Setiap tahunnya mereka menjadikan moment Isra Mi'raj sebagai penyemangat perjuangan untuk terbebas dari penjajahan Israel.
Peristiwa Isra Mi'raj tidaklah mungkin dipisahkan dengan keberadaan Negri Palestina itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui bahwa Rasulullah SAW diperjalanan oleh Allah pada malam hari dari Masjidil Haram menuju ke Masjidil Aqsha yang ada di wilayah Syam ketika itu. Penunjukkan Al Aqsha sebagai poros bagi Rasulullah Saw dalam perjalanan Isra dan Mi'rajnya juga bukanlah hal yang kebetulan. Masjidil Aqsha memiliki nilai sejarah tersendiri bagi agama-agama samawi yang pernah ada di muka bumi, sejak dari Nabi Ibrahim sampai dengan Nabi Muhammad Saw.
Sehingga pantas adanya jika Masjidil Aqsha menjadi Kiblat pertama umat Islam sebelum Masjidil Haram di Mekkah Al-Mukarramah. Palestina juga disebut sebagai negri para nabi karena di tanahnya lah banyak diturunkan nabi-nabi. Oleh sebab itu, menjadi sebuah kewajiban bagi kita  agar dalam doa-doa kita senantiasa menautkan hati kita dengan negri Palestina. Bukan semata karena motif politik yang terjadi disana namun juga karna keterikatan akidah antara kita dengan tanah para anbiya disana.
Kebanyakan Umat Islam, baik kalangan awam maupun sebagian ulamanya hanya memaknai perjalanan Isra dan Mi'rajnya Rasulullah sebagai penjemputan perintah Sholat Lima Waktu. Sedikit sekali diantara mereka yang mengaitkan proses perjalanan tersebut dengan urgensi mempertahankan Palestina yang di dalamnya ada Masjidil Aqsha sebagai kiblat pertama umat islam. Banyak diantara kita yang mengingat Palestina hanya pada saat terjadi penyerangan-penyerangan besar yang dilakukan oleh penjajah Israel. Padahal sampai saat ini tanah Palestina masih terus teraneksasi, apalagi setelah diajukannya dokumen Deal of Century oleh Presiden Trump beberapa waktu lalu.
Selain itu tak bisa dipungkiri juga bahwa masih banyak umat Islam yang menganggap bahwa konflik yang terjadi di Palestina hanyalah konflik politik semata. Tidak ada unsur agama atau keyakinan disana. Padahal sudah jelas dalam sejarah bahwa bangsa yahudi (baca;israel) merebut tanah Palestina karena meyakini bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan kepada mereka. Salah seorang ulama Palestina yang wafat dirudal oleh Israel, Syaikh Ahmad Yasin mengungkapkan bahwa, "perang kita (bangsa Palestina) dengan Israel adalah perang eksistensi!" Ujarnya suatu ketika.
Dr. Raghib As Sirjani dalam bukunya, "Filistin Wajibat Al Ummah" menjelaskan setidaknya ada 10 kewajiban kita sebagai umat Islam terhadap Palestina, yaitu antara lain;
- Kembali total kepada Allah SWT
- Memahami permasalahan Palestina seutuhnya
- Proaktif terhadap krisis Palestina
- Menjalin persatuan dan menghindari perpecahan
- Bersungguh-sungguh dan mengorbankan ruh jihad di dalam umat
- Berjihad dengan harta
- Melakukan aksi boikot
- Optimisme yang tinggi bahwa suatu saat Palestina akan merdeka
- Sabar terhadap segala tantangan dan ujian dakwah
- Mempelajari sejarah Palestina
Melalui tulisan ini saya berharap agar saya dan kita semua menjadikan moment peristiwa Isra Mi'raj ini untuk kembali mengasah Naluri Ke-Palestina-an kita. Setidaknya kita tidak melupakan kondisi saudara-saudara kita disana yang masih hidup dalam keterjajahan. Agar nanti kita memiliki hujjah di hadapan Allah bahwa kita pernah berbuat sesuatu untuk tanah suciNya meskipun hanya sekedar lantunan doa. Wallahu'alam
Kurniadi Sudrajat (Peneliti Center for Islamic and Global Studies)