Mohon tunggu...
Teacher Adjat
Teacher Adjat Mohon Tunggu... Guru - Menyukai hal-hal yang baru

Iam a teacher, designer and researcher

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru, Kopi, dan Revolusi

4 Maret 2021   06:43 Diperbarui: 4 Maret 2021   06:49 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"I would rather suffer with coffee than be senseless" 

(napoleon bonaparte)

Tak ada yg menyangka pemuda yg sedang menyeruput kopi di pojok cafe propoce itu akan menjadi tokoh perubah perancis. Sejak diperkenalkan pada abad 17, minum kopi menjadi tren yg meluas di eropa. Banyak tokoh2 dunia menghabiskan berjam2 waktunya di cafe atau warung kopi hanya utk menyeruput segelas kopi sambil kongkow2 membicarakan hal2 yg tengah terjadi. Dari mulai Danton, Voltaire, Robiespire, JJ Rosseau, Benyamin franklin, Thomas jefferson sampai Napoleon Bonaparte.

Tidak bisa dipungkiri kopi memiliki andil tersendiri dlm terjadinya revolusi prancis dan renaissance. Bahkan Voltaire sendiri diceritakan bisa menghabiskan 40 gelas kopi yg dicampur coklat perharinya. Ya..dari kedai kopi lah lahirnya ide2 tentang pencerahan dan revolusi. Kopi dan revolusi adalah 2 mata uang tak terpisahkan yg terikat oleh sejarah.

Lalu bagaimana jika ada guru yg "mencuri2" waktu utk ngopi..?apakah dia akan melakukan revolusi di sekolah itu atau tidak?? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Karenanya Jgn pernah remehkan secangkir kopi yg berkolaborasi dgn pikiran "liar". Guru adalah agent of change. Peran pentingnya dlm mencetak generasi mendatang tak bisa direduksi oleh apapun. Sementara itu..sekolah sebagai tempat guru bereksperimen harus menjadi tempat yg nyaman bagi guru utk menghadirkan karya2 terbaiknya. Sekolah yg bisa menampung ide2 "gila" sang guru utk peserta didiknya adalah sekolah yg didambakan. Bukan sekolah yg hanya mementingkan agenda2 sesaat utk meningkatkan prestisenya.

Guru yg "hidup" ialah guru yg revolusioner. Tak hanya berfikir ke depan, guru juga harus bisa menjadi problem solving dri kondisi buruk yg "berkarat" di sekolah. Orientasi pendidikan yg salah adalah musuh terbesar guru revolusioner. Maka jgn heran jika sekolah mulai menemukan beberapa gurunya aktif melakukan pertemuan2 di warung kopi. Itu tandanya ada yg tak beres di sekolah tersebut. Pengelolaan yg salah, manajemen yg kaku atau bahkan main2 serta tdk imbangnya pekerjaan yg diemban oleh guru. Hal tersebut akan menjadi bom waktu yg suatu saat akan meledak menjadi sebuah "revolusi".

Abu Maryam Alghafiqi (Anggota Agupena DKI)  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun