Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Membuat Ucapan Mohon Maaf kepada Rakyat Jangan Pakai Duit Rakyat

18 Mei 2021   15:38 Diperbarui: 18 Mei 2021   16:08 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah baliho besar berdiri di pinggir jalan dengan senyum lebar sang pimpinan daerah. Ada ucapan selamat lebaran. Ada ucapan mohon maaf. Buat apa minta maaf? Mungkin karena jalan tempat baliho berada penuh dengan lubang dan kerusakan.

Iklan ucapan selamat lebaran itu memakan separo halaman koran. Iklan yang cukup lebar dengan senyum lebar sang pimpinan daerah. Ada ucapan selamat lebaran. Ada ucapan mohon maaf. Buat apa minta maaf? Karena telah membuang duit APBD untuk suatu hal yang minim manfaat. Berapa orang yang bakalan membaca ucapan selamat tersebut? Adakah manfaatnya buat rakyat?

Di musim lebaran ini menurut saya hal-hal paling "percum tak bergun" adalah menghabiskan uang rakyat untuk iklan ucapan selamat lebaran. Gunanya apa? Biar rakyat tidak lupa tampangmu? Nyicil kampanye untuk event politik selanjutnya? Ingatlah kata-kata bijak dari Maya Angelou, "They may forget what you said - but they will never forget how you made them feel".

Terdapat banyak cara untuk melakukan ucapan selamat dengan lebih hemat bagi orang-orang yang mau berfikir:

  • Pergunakan internet dan social media, semacam instagram, twitter, youtube, tiktok, line, dan semacamnya.
  • Bagi pimpinan lembaga, menteri dan pejabat setingkat, bisa memanfaatkan TVRI
  • Para pejabat di daerah mungkin bisa memanfaatkan RRI di daerah, Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD), streaming TV pemerintah daerah.

Bagaimana caranya? Tidak mengapa kalau gaptek, pergunakan staf ahli yang dimiliki.  Kecuali kalau mereka hanya sekedar dimasukkan ke dalam dafar gaji karena bermodal KKN bukan karena skill dan kompetensi yang dimiliki. Lha wong anak sopir pribadi sang pejabat yang masih ABG, mungkin sudah cukup jago kalau hanya disuruh membuat podcast.

Jangan menghabiskan uang untuk membuat baliho segede gaban yang nantinya hanya akan berakhir jadi pelapis tenda angkringan atau alas kolam lele. Jangan menghabiskan uang untuk memasang iklan di koran. Jangan menghabiskan uang untuk slot iklan di televisi. 

Percayalah lebih dari 90 % yang melihatnya ingin segera melewatinya atau men-skipnya. Selebihnya mungkin merasa jengkel karena terpaksa melihatnya. Masih mending kalau balihonya gambar Pamela Anderson ketika main di Baywatch, menyegarkan pemandangan dan konon bisa membantu mengurangi mata minus. Baliho di jalanan kota juga merupakan sampah visual. Belum lagi kalau ada angin ribut malah jadi perkara karena menimpa badan kendaraan atau badan orang.

Musim lebaran ini para pembaca koran mungkin merasa dicurangi. "Kami mau membaca berita, bukan ucapan selamat lebaran, gak butuh banget ..." Apalagi mereka yang berlangganan bulanan, empat hari koran nggak terbit, sementara tagihan koran bulanan tetap full. Khusus bulan Mei tahun ini, kalau saya hitung, malah enam hari koran libur, karena ditambah dengan hari buruh dan hari raya Waisak. Sedap betul ...

Iklan ucapan lebaran nongol di televisi, refleks orang adalah auto pencet remote ganti channel lain. Bosan. Mending nonton sinetron Tukang Bubur Naik Ojek Pengkolan Tersandung Azab, Season 13.

Jadi kesimpulannya, kalau memang benar-benar sungguh-sungguh tulus hendak meminta maaf kepada rakyat pergunakan cara yang tepat. Bayangkan kalau ada teman kita yang mengirim SMS, "Aku mau telpon buat minta maaf, tapi pulsaku kurang. Tolong dong kirimin aku pulsa". Boro-boro mau dimaafin, kalau seandainya manusia tersebut berada tepat di hadapan kita, pastilah bakal kita jenggung ... Lha wong mau minta maaf kepada kita kok minta ditanggung pulsanya? Gundhulmu .....

WYATB GBU ASAP

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun