Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Mengapa Bila Tak Tahu, Ketimbang Bikin Orang Nyasar

11 April 2021   09:58 Diperbarui: 11 April 2021   11:33 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai wong Jogja, terus terang saya sendiri tidak selalu menerapkan protokol seketat itu dalam hal menanyakan alamat, tergantung situasi dan kondisi riil pada saat itu. Kadang kita berada dalam situasi yang kurang ideal, misal lagi hujan deras, atau motor sering mogok. Misalkan sejumlah skenario:

1. Sedang boncengan berdua dengan sepeda motor, sementara sepeda motornya lagi bermasalah kalau mesin dimatikan susah nyalainnya. Misal saya melewati semacam pos ronda dengan sekumpulan orang. Saya akan memilih berhenti beberapa meter setelah pos ronda. Lalu saya minta teman yang membonceng, untuk turun dari sepeda motor dan bertanya. Helmnya juga bisa dilepas dulu untuk memberikan kesan yang baik. Saya tak mematikan mesin motor, toh ini bukan motor dengan knalpot blombongan (ntar dikira cah klitih yang lagi cari target tawuran). Jaraknya juga agak jauh dari tempat teman bertanya jadi suaranya tak begitu terasa.

2. Motor bermasalah kalau dimatikan, sementara saya sendirian. Saya akan mencari yang sedang dalam posisi berdiri di jalan dan tidak bergerombol. Kalau orang yang lagi nongkrong kan dalam posisi mager, beda dengan yang lagi berdiri, dalam posisi lebih siap merespon. Apalagi kalau kita tunjukkan keseriusan kita dengan mencopot helm dan menggunakan kromo inggil, dia pasti juga akan aware kalau kita serius.

3. Sedang bermobil tidak sendirian. Mesin mobil tidak harus dimatikan, tapi minta salah satu penumpang turun dan bertanya. Saya yakin akan dilayani dengan baik.

4. Bagaimana kalau kita bermobil sendirian? Perhatikan dulu situasi sekitar, apakah cukup aman untuk berhenti dan meninggalkan mobil. Kalau itu di daerah dimana ada bangjo, kita bisa juga sempatkan bertanya pada pesepeda motor di dekat kita saat berhenti di bangjo. Saya beberapa kali mengalami, ditanyakan alamat oleh orang di mobil, saat sepeda motor saya lagi berhenti di bangjo, mungkin karena plat motor saya AB. Tapi sebenarnya orang cenderung bisa memaklumi kalau pengemudi wanita yang nyetir sendirian, hanya bertanya cukup dengan membuka jendela.

5. Saya kira orang juga cukup pangerten dengan melihat kondisi. Misalkan saja sebuah sepeda motor dipenuhi satu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan dua anak plus satu bayi. Plus ditambah sejumlah beban tambahan yang entah bagaimana "kreatifitas" orang Indonesia memungkinkan untuk mengangkutnya di sepeda motor. Mau turun saja sang ibu harus repot ngatur urutannya, anak dulu atau bawaan dulu. Kalau orang yang penuh kerepotan seperti itu kok dicueki, berarti yang ditanyai pancen pethuk ...

6. Bisa juga sih perekam suara ponsel dinyalakan sebelumnya (tentu saja jangan menyolok ntar dikira intel) supaya ntar kalau bingung di jalan bisa diputar ulang lagi jawabannya, jadi ndak bolak-balik mesti berhenti nanya.

7. Bagaimana dengan orang yang nggowes? He he, seperti halnya sejumlah peraturan lalu lintas yang seolah tidak berlaku bagi orang nggowes, memang akan mendapat perlakuan berbeda dengan pesepeda motor. Tidak ada suara mesin yang bisa digeber. Kecil kemungkinan jadi jambret. Intinya orang nggowes kelihatan tidak intimidatif, sehingga orang cenderung lebih welcome. Apalagi sepedanya nggak punya standard kan repot cari sandaran. Sepertinya privilege berlaku untuk semua kendaraan tanpa mesin seperti andhong dan gerobak sapi. Kalau ngeyel nggak mau jawab, ya dicambuk saja ... hihi ... Kayaknya tukang becak kalau tanya alamat juga nggak pakai acara tergopoh-gopoh turun dari sadel becak dan mencopot capingnya.

Siapa yang akan ditanya

Kalau perempuan mungkin bisa lebih fleksibel bertanya ke siapa saja, tetapi laki-laki sebaiknya kalau di tempat yang asing bagi kita, hindari bertanya pada anak-anak atau perempuan yang lagi sendirian. Maklum makin bertambah jaman, makin bertambah modus kejahatan, artinya orang makin mudah curiga. Ntar dikira culik atau jambret, malah amburadul kan, nanya alamat malah digebuki orang sekampung. Ini serius, ada berita orang digebuki, bingung tanya alamat malah dikira penculik. Tahu sendiri lah, di jaman ini yang namanya isu dan hoax beredar dengan liar.

Salah satu tempat bertanya yang minim mengundang kecurigaan adalah bertanya di toko kelontong atau kios rokok setempat, kalau perlu belilah sekedar snack-snack camilan yang dijualnya sebelum bertanya, untuk 'memperlancar' informasi. Kalau sudah beli-beli, ternyata penjualnya tidak tahu alamatnya? Ya, anggap saja bagian kontribusi kita memberdayakan ekonomi rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun