Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Jangan Nggenjot Kepagian dan Begal Pantat

8 November 2020   09:41 Diperbarui: 8 November 2020   09:54 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pernah membaca buku "A Story That Says I Survived". Merupakan kisah nyata dari Eni Rosita, seorang pelari lintas alam wanita, yang pernah mengalami penyiraman air keras di kakinya saat sedang mengikuti event lari. Butuh waktu lama untuk memulihkan diri, bukan hanya dari luka secara fisik, tetapi juga trauma yang dialami.

Saya berpikir mungkin pelakunya adalah semacam psikopat dengan persiapan, yang sudah niteni jalur mana yang dilewati pelari, dan mengincar pelari wanita yang dalam kondisi sendirian. Mungkin pelaku berpikir kalau pelari pria yang disiram malah akan nekat balik mengejar pelaku. Jadi psikopat dengan perhitungan matang.

Saya masih tidak mengerti, kegembiraan macam apa yang diperoleh dengan menyiram air keras kepada orang yang bahkan tidak saling mengenal dan tak punya salah pada kita. Apakah itu suatu bentuk pelampiasan rasa frustasi seperti halnya fenomena cah klitih yang sempat merebak di Jogja.

Lebih dari setengah tahun merebaknya pandemi Covid19, gairah masyarakat berolahraga nampak marak. Di antaranya adalah bersepeda. Dan juga lari. Meski dari hemat saya, kalau mesti mengenakan masker, mungkin aktivitas bersepeda lebih memungkinkan. Nggenjot sambil bermasker tidak terlalu engap.

Mungkin bagi sebagian orang memilih lokasi bersepeda dan lari yang tidak dipadati orang lebih menarik. Apalagi di masa pandemi ini menghindari kerumunan, agar aktivitas yang ditujukan untuk menjaga kesehatan tidak malah mengundang penyakit. Tetapi kadang pemilihan tempat yang lebih sepi, dan waktu yang lebih sepi, juga bisa mengundang kerawanan dalam hal faktor keamanan. Itulah pentingnya tidak berlari dan bersepeda sendirian, berada dalam suatu kelompok, tentu saja tak perlu menjadi konvoi yang besar, kita bukan hendak karnaval. Mungkin bertiga sudah cukup untuk mencegah niat jahat begal.

Begal pantat, begal payudara, dan penyiram air keras. Ketiga insiden ini menjadi ancaman baik oleh mereka yang hobi berlari maupun bersepeda. Bila begal pantat dan begal payudara menargetkan wanita, maka penyiram air keras korbannya bisa pria atau wanita. Kalau begal duit dan begal gawai, targetnya semua orang, bahkan beberapa waktu lalu sempat ada tentara yang sedang bersepeda menjadi sasaran.

Begal pantat dan begal payudara, meski umumnya tidak menimbulkan luka fisik (kecuali bila korbannya terjatuh atau terseret) seperti siraman air keras, tetapi juga menimbulkan trauma yang mendalam bagi korban. Seperti halnya penyiram air keras, saya juga tidak bisa memahami kepuasan apa yang diperoleh dari aktivitas sekejap semacam itu. Masih lebih bisa dimengerti maling kutang dan celdam, karena mereka bisa berlama-lama menikmati fantasinya, tentu saja selama belum ketangkap.

Sebenarnya untuk begal payudara ini bukan hanya terjadi kala masa pandemi baru-baru ini saja, tetapi sudah pernah terjadi di masa lalu, dengan korban pejalan kaki dan yang bersepeda motor. Jadi bagi mereka yang memerlukan beraktivitas, misal berangkat kerja, ke pasar, dst, saat pagi-pagi sekali, perlu mempertimbangkan rute perjalanan yang lebih aman, tidak terlalu sepi sehingga mengundang kerawanan.

Yang namanya penjahat, selalu mencari celah-celah kerawanan. Misalkan saja, saat masuk waktunya Subuh, mungkin bagi sebagian orang terasa aman. Setan demit genderuwo, kuntilanak, pocong, wewe gombel, dianggap bakal menghentikan gangguannya pada saat tersebut. Tetapi setan demit yang berwujud manusia, justru melihat peluang untuk beroperasi.

Ketika ada yang beribadah Subuh ke mesjid meninggalkan rumah kosong, bisa menjadi sasaran. Begitu juga, ada yang anggota keluarga tetap di rumah tetapi dalam keadaan tidur, sementara pintu samping atau pintu belakang sengaja tidak dikunci dengan maksud agar yang pulang dari mesjid bisa masuk tanpa perlu membangunkan yang sedang tidur. Sekarang para penjahat sudah niteni juga kebiasaan semacam itu. Target empuk lainnya adalah kost-kost-an. Karena ada penghuni yang sedang beribadah Subuh ke mesjid, pintu pagar tidak digembok, pintu utama dibiarkan terbuka, curanmor dan pencuri gawai bisa terangsang untuk beroperasi.

Di masa pandemi ini ketika adanya rasa aman yang berkurang karena potensi ancaman penyakit, perlu kiranya meningkatkan kewaspadaan dalam hal ancaman tindak kejahatan. Meski tetap jaga jarak dan menghindari kerumunan, tetapi jangan pula lari atau bersepeda sendirian. Kerumunan mengundang ancaman penyakit, sendirian mengundang ancaman tindak kejahatan. Ada protokol kesehatan yang mesti dipatuhi, ada protokol keamanan yang perlu kita pahami. Utamakan kesehatan, utamakan keselamatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun