Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Momogi, El Clasico dari Lapangan Bulu Tangkis

15 Desember 2019   05:03 Diperbarui: 15 Desember 2019   05:14 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Para jawara bulutangkis biasanya dikenal karena pukulan smash yang keras dan tajam sebagai senjata andalan mereka. Liem Swie King terkenal dengan pukulan King Smash. Haryanto Arbi, yang sempat dijuluki Jumping Jack oleh publik Inggris, terkenal dengan Smash 100 watt. Begitu pula Yang Yang, Zhao Jianhua, Peter Gade, Taufik Hidayat, Lee Chong Wei, hingga Lin Dan.

Agak berbeda dengan Kento Momota, senjata andalannya justru adalah return smash. Para pemain yang gemar mengumbar jumping smash seperti Victor Axelsen dan Srikanth Kidambhi, bisa dibuat frustasi bagaimana menembus "benteng Takeshi" ala Momota. Defence Momota memang ajib, bukan hanya asal kembali, tetapi juga menyulitkan. Kalau kita cermati rekaman pertandingan Momota, nampak Momota begitu sabar, jarang memforsir jumping smash.

Smash lawan, seringkali menjadi awal serangan balik dari Momota. Inilah strategi ala Jose Mourinho dari lapangan bulutangkis, dengan taktik "parkir raket" yang tak kalah rapat dari "parkir bus". Mereka yang terpancing untuk memforsir jumping smash, bagaikan masuk ke dalam lumpur penghisap, semakin banyak smash, semakin tenggelam. Dan saat lawan staminanya sudah banyak terkuras, tibalah giliran King Kento untuk menghabisi.

Adu netting yang sinting

Satu hal yang sangat mencolok dari Kento Momota adalah akurasi pukulannya yang begitu prima. Jarang out atau nyangkut. Meski di turnamen berbeda, dengan lapangan berbeda, shuttlecok berbeda tipenya, dan kondisi angin berbeda.

Ginting menyadari mesti super sabar untuk menundukkan Momota. Sia-sia menggeber smash ketika Momota dalam keadaan 100%. Buatlah "kuda-kuda"-nya goyang terlebih dulu. Adu akurasi pukulan. Adu netting setajam silet. Momogi menyajikan duel dengan intensitas tinggi, bukan kaleng-kaleng. Para penonton dipaksa menahan napas setiap kali terjadi adu netting. Kayaknya lebih tegang yang nonton, ketimbang yang lagi main di lapangan.

Master of php

Mental bertanding Kento Momota memang luar biasa. Meski dalam keadaan tertinggal jauh sekalipun. Bila di arena MotoGP, Valentino Rossi dan Marc Marquez, dianggap sebagai raja tikungan, maka di lapangan bulutangkis, Kento Momota jagonya. Banyak MS telah merasakan pahitnya kena "php" dari Momota. Tadinya sudah jauh memimpin dan kemenangan seolah sudah terbayang di depan mata, eh ditikung, dan akhirnya kalah.

Victor Axelsen pernah merasakan kejamnya tikungan Kento Momota. Di Singapore Open 2019, pada set kedua, Kento Momota tertinggal jauh 6-17.  Tapi Kento Momota bisa mengejar menjadi 11-18. Dan pada akhirnya menutup dengan 21-18.

Tikungan jahanam dari King Kento, membuat banyak MS serasa kena prank. Ginting hapal betul soal ini. Sebelum poin mencapai 21, maka jangan kasih kendor, seperti yel-yel yang diteriakkan para supporter. Pesan BL julid, "Hati-hati berteman dengan Kento Momota, suka nikung".

Kini Ginting adalah raksasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun