Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humor Artikel Utama

"Disuntik = Digigit Semut", Kita Sudah Terpapar Hoaks Sedari Bocah

23 September 2019   19:17 Diperbarui: 23 September 2019   22:29 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Shutterstock

Hoho dan Setoples Pia
Mbok Jum bercerita: dulu waktu Hoho, cucu laki-lakinya, masih kecil, kerap diajak kakeknya jalan-jalan.

Sering lewat di dekat tukang bubur, oleh kakeknya dibelikan bubur. Nah, yang disasar oleh Hoho kecil adalah pia (bakpia) di dalam toples. Dan Hoho tidak mau kalau cuma dibelikan beberapa, maunya beli pia setoples penuh.

Sudah hapal dengan polah Hoho tersebut, maka begitu terlihat dari jauh Hoho yang digendong di pundak kakeknya, maka para pembeli lainnya langsung mengingatkan tukang bubur, "Tuh, Hoho datang..." Maka tukang bubur pun bersegera menyembunyikan toples pia. Yang nampak di atas meja hanya toples berisi dua potong pia yang memang sudah dipersiapkan untuk skenario tersebut.

Kalau Hoho protes, "Kok cuma ada dua?"
Maka tukang bubur menjawab, "Tadi sudah banyak yang laku."

Dan "selamatlah" pia setoples penuh.

Rupanya polah Slamet, paman Hoho, waktu kecil juga mirip seperti itu. Alkisah Slamet kecil diajak oleh Mbok Jum ke pasar. Nah, yang menjadi penganan favorit dari Slamet adalah wafer stick astor. Slamet tidak mau kalau cuma dibelikan beberapa, maunya dibeli setoples penuh. Padahal penjual kan jualnya cuma eceran.

Mbok Jum juga tekor kalau mesti beli setoples. Mbok Jum kemudian memperingatkan Slamet kalau berulah seperti itu, tidak akan diajak ke pasar lagi. Barulah Slamet menurut.

Dan hoaks lainnya ...
Ada mungkin yang pernah diajak ke pasar malam, terus kepingin beli permen kapas. "Pak, aku mau permen kapas." Terus dijawab sama ayahnya, "Kalau hari Minggu begini, yang jual permen kapas lagi libur."

Tapi nanti sang anak tambah gede terus mikir, ndak kayak gitu kayaknya. Kemudian, setelah anaknya paham, ayahnya akan ngeles, "Itu kan demi kesehatanmu, supaya gigimu ndak bolong." He he .... Mungkin bener juga. Selain kesehatan gigi, perlu juga menjaga kesehatan kantong.

Kalau dulu kita waktu kecil diajak naik sepur, apa kira-kira bunyi suara sepur? Jess.... jess.... jesss..... Tuwit.... tuwit .... Begitu? Bukan. Kalau menurut para orangtua, bunyi suara sepur adalah Jo jajan..... jo jajan....jo jajan..... Lho kok bisa begitu bunyinya? Cobalah dengarkan lagi dengan seksama. "Jo jajan..... jo jajan.... Ora duwe duwit......"

Ada penjual es krim keliling yang bunyi nadanya dari speaker, cukup populer. Menurut sebagian orang begini bunyinya: Telolet.... telolet..... Super duper yummy! Pernah tahu?

Tapi ternyata, menurut para orang tua bunyinya bukan begitu, melainkan begini: Ra enak .... Ra enak .... Ora usah dituku ....." (Ora usah: tidak usah. Dituku=dibeli. Jadi, tidak usah dibeli). Lho kok jadi gitu bunyinya? Ya itulah konspirasi para orangtua.

Hoaks paling umum

Terakhir, saya ingin berbagi mengenai hoaks paling legendaris di masa saya kecil. Bunyinya adalah "Disuntik itu tidak sakit".

Saya ingat ketika waktu kecil mesti disuntik di suatu klinik. Ibu, yang mengantarkan saya, berkata, "Lebih sakit dicubit, daripada disuntik." Sambil begitu ibu mencubit tangan saya, sementara dokter segera menyuntik lenganku.

"Nah, disuntik tidak sakit, kan?"

Saya pun menggangguk pasrah, ketimbang sudah sakit disuntik, masih kebagian dicubit pula.

Baiklah para sedulur, apa hoaks paling legendaris di masa kecil panjenengan?

(Gambar koleksi pribadi penulis)
(Gambar koleksi pribadi penulis)
(Gambar koleksi pribadi penulis)
(Gambar koleksi pribadi penulis)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun