Lebaran sudah nyaris terlewat 1 minggu, sepulang dari mudik ,masih ada saudara yang belum kami kunjungi yaitu keluarga besar dari pihak saya yang merupakan kakak serta adik dari ayah.
Kalau dah urusannya ke Bandung,biarlah sekalian wisata dan mengasuh saja. Meskipun seperti biasa menggunakan kendaraan umum yang penting seru-seruan berlima.
Pergi menggunakan bis kota,sempat menunggu sedikit lebih lama. Namun nyaman bis kota berharga 10.000 rupiah itu membuat duduk kami nyaman. Suami dengan si cikal ,kakang,saya sebaris Teteh dan dede yang setia dalam gendongan.Â
Setelah saling berpandangan dan berdiskusi kami memutuskan dari rumah Bibi ke rumah Uwa ya sudah dilewati dengan berjalan kaki saja. Kami berpikir seru juga berjalan berpegangan tangan dengan mereka. Melewati pelataran jalan Ahmad Yani atau lebih dikenal dengan daerah cicadas menjju daerah Antapani Bandung
Sebelum berjalan,terjadi pergantian penggendong bayi. Suami yang memegang bayi,saya yang memegang kakak- kakaknya.
Ada sedikit insiden terjadi. Sendal lebaran Teteh, putus gara- gara terinjak kakaknya. Jadilah di rumah bibi bapaknya sibuk mengelem tuh sendal.Â
Sambil menunggu kering ,sambil berbagi kabar dengan Bibi saya ini. Biasanya Bibi saya yang ini  memiliki sajian  makanan khas acara resepsi pernikahan,maklum suaminya bekerja di katering,namun kali ini tak ada apa-apa. Entah memang paman belum ada job,atau karena kini sakit maka  tak ada makanan sisa katering yang bisa diolah.
Rasanya piliham berjalan kaki bukan hal yang tepat. Mengingat kami berjalan di bawah panas matahari yang sedang galak-galaknya maklum menjelang jam 12.
Perut mulai keroncongan,merekapun mengeluh kelaparan ,sayang jalan masih panjang. Untunglah kami menemukan tukang batagor yang sedang mangkal. Aha,untuk sementara dalam rangka mengganjel perut saja bolehlah tuh batagor . Beli 3 porsi untuk 4 orang,soalnya Teteh biasanya makannya tak habis sendirian maka sudahlah berbagi saja sama Bapaknya,soalnya kalau emaknya selera batagornya selera pedas.