Bermain di Sungai
Salah satu bagian yang selalu dirindukan saat mudik adalah sungai. Sepulang berziarah ke makam para leluhur kami menemukan sungai.Â
Sayang kemarau menyebabkan volume air sungai surut sehingga  badan tak bisa sepenuhnya berendam. Namum bebatuan besar dan kecil terlihat cantik menghiasi sungai. Kalau tak dihentikan,para bocah terus saja asyik berendam dan bermain air.Â
Melewati kembali jalan setapak yang merupakan pembatas sawah, harus sedikit berhati- hati karena kalau hilang keseimbangam bisa jadi kaki terperosok ke sawah. Harusnya jangan menggunakan sendal agar mudah melangkah.
Namun tak bisa kami bohongi,bahwa perjalanan ini membuat perut kami lapar lagi. Haduh,dimana kami harus mencari bakso seperti di kota.
Ya,tukang dagang belum banyak yang berani uji nyali di Desa Cipari. Sebagai kampung terujung dekat gunung tentu perlu usaha ekstra untuk sampai di sana. Datang melewati banyak tanjakan dan belokan curam. Pulang harus menahan turunan.
Ikan untuk Makan selanjutnya
Kala kami sedang berencana  ingin mengunyah apa,di kolam ikan yang terletak antara rumah kami dan bibi,nampaklah para pencari ikan sedang melancarkan aksinya.
Alat mereka sungguh sederhana,hanya menggunakan saringan saja. Karena banyak,jadi mudah menyaringnya. Seru juga buat kami penonton melihat mereka berjibaku dengan air dan lumpur.
Selagi menunggu para pemburu ikan,saya mendekati Bibi yang nampak sedang memasak sesuatu. Sebuah wajan besar mengepul asap. Tampak air berwarna coklat.
"Apa tuh Bi?"tanya saya