Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kesal Saya Menghilang Setelah Menggunakan 3 Tansportasi Umum Ini

13 Juni 2019   09:41 Diperbarui: 13 Juni 2019   10:14 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kami menggunakan Bis,kereta dam angkot. Dokpri

Lebaran sudah menjauh,namun saya belum memparipurnakan kunjungan silaturahmi pada sanak saudara. Jika beberapa waktu lalu saudara di kampung yang mendapat kunjungan maka kini giliran saudara di kota yang akan saya ketuk pintunya.

Sebetulnya berat pergi dari Rancaekek ke kota Bandung membawa anak-anak. Tak tega rasanya membayangkan mereka turun naik berganti angkutan. Terkadang menyesal di anak ketiga ini kok kami belum juga memiliki kendaraan roda empat. Andai saja sudah ada tentu pergi kemanapun tinggal senyum saja ,duduk manis bersama mereka dan suami yang jadi supir. Tapi sudahlah hadapi saja kenyataan.

Semula menawari mereka untuk nain mobil on line agar simpel. Namun entah mengapa mereka menggelengkan kepala dan mengatakan ingin menaiki transportasi umum saja. Ya sudahlah kami turuti keinginan mereka toh secara finansial lebih murah jadinya.

Kami memutuskan menggunakan bis saja. Perlu menunggu sedikit lama di dekat jalan tol. Kalau beruntung baru beberapa menit saja,bis sudah ada,namun jika menunggu lama artinya bis baru saja berlalu. Nah,andaikan jam lewat bis kota itu terjadwal mungkin lebih enak ,jadi kita bisa memperkirakan berapa menit kemudian bis akan datang.

Menaiki bis. Dokumen Pribadi
Menaiki bis. Dokumen Pribadi
Yang saya perhatikan, supir dan kondektur bis yang dulu judulnya damri ini kok kebanyakan sudah tak muda ya.  Apa memang belum ada perekrutan baru?

Lalu yang suka bikin saya prihatin adalah,pos pemeriksaan bis ini ada yang dipinggir jalan,ada yang di dekat gerbang tol. Tapi semuanya tanpa bangunan pos. Hanya duduk-duduk saja di kursi sambil memegang kartu pemeriksaan penumpang. Kasihan banget ya mereka. Tapi ini di Bandung ya,entah kota lain.

Penantian sedikit lama toh berbuah manis. Duduk di bis kota yang tak terlalu penuh. Selain bisa menimgkatkan komunikasi antar orang tua juga ternyata nyaman menggunakan bis itu sekarang. Ac yang sejuk membuat kami tak gerah. 

Selepas bis,kami satu kali naik angkot sebelum tiba di tujuan. Angkot adalah transportasi yang tak begitu saya sukai. Pertama, standar ongkosnya tak jelas,kalau lagi apes kita bayar pakai uang yang tak pas maka kembaliannya suka seenak udel Pak supir. Jadi tips saya kalau mau naik angkot, bawalah uang pas agar tak terjadi perdebatan kusir antara supir dan penumpang.

Sepulang dari perjalanan ke Bandung tadinya kamu akan memilih kereta api,sayangnya penumpang kereta api di sore kemarin membludak. Sepertinya banyak yang memanfaatkan transportasi murah ini untuk tiba ke Bandung.

Stasium Bandung. Dokumen Pribadi
Stasium Bandung. Dokumen Pribadi
Bisa dikatakan kereta api adalah transportasi massaal ternyaman saat ini. Selain murah,nyaman dan bersih . Hanya saja ya kalau di masa liburan begini harus taham mental dengan antrinya penumpang yang membeli tiket.

Dan kami menyerah atas dasar tak tega pada ketiga bocah,akhirnya kami memilih menggunakan mobil daring karena sore sudah meninggi dan malam sudah hampir tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun