Wanita itu merajuk pada suaminya. Dia ingin segera memiliki rumah. Rasanya bosan berpindah-pindah kontrakan rumah.Â
Dulu uang untuk rumah habis untuk menyekolahkan anak-anaknya. Sekarang saat yang tepat memiliki rumah.Â
Wanita itu sudah memiliki gambaran seperti apa rumah impiannya. Harus ada 5 kamar untuk dia dan keempat anaknya. Ruangan tengah harus luas untuk menampung cucu-cucunya.Â
 Ada mushola untuk sholat berjamaah di mana di dekat tempat wudlunya ada kolam ikan kecil yang selalu mengeluarkan suara gemericik air jatuh agar membuat suasana adem.Â
Wanita itu juga menginginkan dapur yang luas. Â Dapur itu sekaligus berdampingan dengan meja makan agar perut-perut keroncongan dari anak dan cucunya terdengar saat dia masak sehingga acara memasak menjadi seru karena berbaur dengan suara tak sabaran mereka. Â Apalagi saat hari raya idul fitri dimana semua anak cucu akan berkumpul.Â
Demi mewujudkan impian wanita itu, lelaki yang merupakan suaminya kembali bekerja di lapangan. Posisi sebagai kepala konsultan kembali diambilnya.
Aneh juga sebenarnya dengan usia mendekati 70 tahun suaminya masih bisa diterima di proyek infrastruktur serupa jalan tol. Lah, anak buahnya malah banyak bergelar sarjana. Â Sementara suaminya hanyalah lulusan SMA. Â Wanita itu tak mau tahu. Yang penting suaminya masih bisa menghasilkan uang untuk membangun rumah impiannya.Â
Suaminya berpindah-pindah kota setiap proyek habis. Dari mulai Sukabumi,Karawang hingga Tegal. Sedikit-sedikit wanita itu menabung dari gaji suaminya.Â
Dari mulai membeli sebidang tanah, lalu menumpuk bahan bangunan seperti pasir, semen dan batu bata. Hingga akhirnya pelan-pelan membangun pondasi rumah.Â
Setahun, dua tahun,hingga tiga tahun proses pembangunan rumah impiannya. Tak bisa sekaligus karena menunggu uang terkumpul.Â
Suaminya jelas jadi jarang pulang. Sebulan sekali itu hanya impian. Tapi wanita itu tak menuntut perhatian banyak. Â Yang penting rumah impiannya segera selesai.Â