Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Cinta yang Tertular

21 November 2018   03:40 Diperbarui: 21 November 2018   09:41 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tersenyum menutup malam ini. Sapaan manis darimu sebelum tidur membuatku melayang. Ah, rasanya aku sedang bermimpi indah. Seperti berada di dunia khayal. 

Kamu indah dipandang secara fisik karena tampan diwajah dengan proporsianal bentuk tubuhmu sebagai lelaki. Bersihnya kulitmu. Wanginya dirimu.  Tak ada alasan wanita manapun untuk menolak senyum manismu termasuk aku. 

Semula aku meragu akan ketulusannmu. Apa iya kita baru berjumpa beberapa hari ini saja lalu kau menyatakan ketertarikanmu padaku. Dari segi usia aku lebih tua beberapa tahun darimu. Belum lagi aku janda beranak tiga. Kalau bukan karena kamu juga duda beranak satu mungkin ketidak percayaanku pada rasamu lebih besar lagi. 

Sebenarnya kamu bukan orang baru Dua atau tiga tahun lalu kamu adalah anak buahku. Tak ada yang istimewa saat itu. Namun Tuhan mempertemukan lagi kita kali ini. 

Sebetulnya sekarang bukan saat yang tepat untuk jatuh cinta. Aku masih berkutat membereskan kasus perceraian dengan suamiku. 

Si hidung belang itu lagi-lagi berulah. Sementara aku pulang ke kampung halaman untuk melahirkan anak ketiga dan meninggalkannya dengan alasan dia sedang mencari pekerjaan,eh dia malah bermain dengan wanita lain. Kali ini lebih parah dia malah mengajak wanita jalang itu tinggal di rumahku.

 Kejutan yang kuatur  saat datang kembali ke rumah berakhir bencana. Bukannya disambut mesra olehnya, aku malah menemukannya sedang bermesraan dengan wanita yang masih rekan kerjanya. Kuusir dia dengan membabi buta. 

Sakit hati ini masih terasa. Meski ini bukan kali pertama dia berselingkuh namun kali ini tindakannya tak dapat kuampuni karena berani berselingkuh di rumahku sendiri. 

Sebenarnya sakit oleh pengkhianatan suamiku masih terasa. Jujur malah aku masih cinta dengan suamiku.  Namun benciku lebih dominan padanya sehingga aku ingin melupakannya. 

Mungkin kehadiranmu bisa menyembuhkan lukaku. Kamu dengan segudang perhatianmu mampu mengalihkan duniaku. Ah, kunikmati saja hadirmu tanpa harus berfikir berat tentang jalan kita di depan. Yang penting rasa sakitku bisa teralihkan oleh kehadiranmu. 

Kamu tak pernah mempermasalahkan statusku. Kamu mau mendengarkan berjam-jam sumpah serapahku tentang suamiku.  Dan berulang-ulang kamu memintaku untuk bersabar. Pelukan mesramu meredakan amarahku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun