Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kami Orang Tua Penakut untuk ke Pesantren

22 Oktober 2018   22:31 Diperbarui: 22 Oktober 2018   22:43 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah beberapa bulan ini anaknya tetangga saya yang usianya terpatut 3 tahun lebih tua dari anak saya tak pernah lagi main ke rumah.  Biasanya sepulang sekolah dia mengajak main anak saya.

Selidik punya selidik mengapa dia tak pernah ke rumah kini ternyata anaknya sekarang sudah di masukkan pesantren oleh orang tuanya. Alasannya supaya mandiri katanya. 

Ternyata memasukkan anak ke pesantren sedini mungkin sudah tak aneh lagi sekarang. Beberapa teman dekat saya memilih memasukkan anak-anaknya ke pesantren. 

Macam-macam alasannya. Ada yang karena orang tuanya sibuk cari nafkah,anak sering di rumah sendirian  sehingga pesantren bisa jadi tempat penitipan anak yang paling baik. 

Ada yang khawatir anaknya terjebak pergaulan masa kini jika bukan di pesantren. Ada juga yang ingin anaknya pintar mengaji Alquran dan taat beribadah harapannya tentu anak-anak mereka menjadi shaleh dan shalehah .

Jika dulu pesantren adalah tempat menitipkan anak-anak yang nakalnya gak ketulungan,maka kini terjadi pergeseran tujuan.  Mereka yang anak-anaknya juga pada dasarnya baik-baik, mereka percayakan ke pesantren. 

Menitipkan anak ke pesantren kini membutuhkan uang yang tak sedikit. Pesantren biasa saja mungkin cukup hanya 1,2 juta. Yang mahalan dikit mungkin di atas itu, bahkan ada juga yang sampe menggelontorkan uang di atas 10 juta untuk memasukkan buah hatinya ke pesantren ternama.  Nah sepertinya ini juga jadi salah satu hal yang kami pertimbangkan.

Jadwal sebulan sekali untuk bertemu putera-puteri jadi jadwal yang tak pernah terlewatkan bagi mereka. 

Terpisah dari anak lebih dari sehari dua hari tentu membuat hati mereka dilanda kerinduan mendalam. Maka banyak teman saya yang lantas baper saat bertemu anaknya. 

Banyak cerita unik yang terselip saat bertemu anak-anaknya. Ada yang rambut anaknya jadi berkutulah,  ada yang begitu pulang ke rumah anaknya seperti kelaparan lah dan banyak lagi. 

Saya mungkin tak sehebat mereka yang sanggup menitipkan anak ke pesantren. Meski ilmu agama saya sedikit, namun saya tak kuasa menitipkan mereka di pesantren. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun