Katanya Ibu itu multitasking. Bisa memasak sambil mencuci sambil menggendong bayi. Iya sih, tapi multitasking itukan melelahkan. Dan mengerjkan semua menunjukkan tidak adanya kerjasama di rumah dalam melakukan pekerjaan. Semua bergantung pada Ibu.Â
Kalau semua dikerjakan ibu, maka penghuni rumah yang lain takkan tahu sulitnya menyelesaikan suatu pekerjaan rumah. Â Jangan dibiasakan semuanya tahu beres, karena takkan ada penghargaan dari anggota keluarga yang lain.Â
Tak selamanya si Ibu sehat. Kalau anak tak pernah dilibatkan dalam mengerjakan tugas rumah tangga, maka begitu ibu sakit tak ada satu pekerjaanpun yang bisa dikerjalan.Â
Rumah akan berantakkan, cucian menumpuk, dan tak ada makanan di meja yang bisa dinikmati.Â
Saya mengajarkan anak-anak melakukan tugas rumah. Bukan maksud ekspoitasi anak ya! Pekerjaan ringab seperti mencuci bajunya sendiri.Â
Mungkin cuciannya tak bersih biarkan saja, namanya juga proses. Yang penting dia terbiasa mencuci saja duli. Tahu seberapa banyak deterjen yang dibutuhkan saat mencuci, hapal proses apa saja yang harus dilewati saat mencuci. Yang pasti jadi kegiatan rutin mencuci sepatu dan tas mereka seminggu sekali.Â
Mereka suka kok mencuci. Â Kadang endingnya memang bermain air. Tapi ya tak mengapalah setelah selesai mencuci sekalian saja mandi.Â
Untuk anak yang lebih kecil, dilibatkan juga untuk meneruskan pekerjaan kakaknya yaitu menjemur. ya tak usah pakaian yang besar, minimal baju daleman atau baju dianya saja. Â
Kita tetap mendampingi selama mereka bekerja. Sambil mengucek baju kita sendiri sambil asyik bercengkrama pekerjaanpun takkan terasa lelahnya.Â
Kadang menyetrikapun mereka saya ajarkan juga. Minimal untuk menyetrika singlet dan celana dalam miliknya. Tujuan saya hanya satu, membiasakan mereka mengerjakan tugas rumah tangga.Â
Mungkin cara mengerjakannya belum sempurna, tapi biarkan saja. kita tumbuhkan kemandirian .