Mohon tunggu...
LangitBiru
LangitBiru Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa

POST-STRUCTURISM

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Analisis Wacana: Representasi Presiden Jokowi di Berita Terkait Persoalan Tanah Kendeng

3 Juli 2020   15:17 Diperbarui: 3 Juli 2020   15:10 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio


Pendahuluan

Media massa memiliki peran yang penting dalam masyarakat, terutama di era komunikasi. Salah satu bentuk penyajian wacana dalam media massa adalah berita. Menurut Junaedhi dalam Wati (2014), berita merupakan laporan atau pemberitahuan mengenai peristiwa yang bersifat umum dan baru saja terjadi atau aktual yang disampaikan dalam media massa. Masyarakat semakin mudah menjangkau informasi berita dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat. di Indonesia sendiri, sejak 1994, berbagai media massa melakukan digitalisasi dengan meluncurkan portal berita (Margianto & Syaefullah, n.d).

Media massa dapat dikatakan sebagai penghubung antara masyarakat dan juga pemerintah. Sebagai sumber informasi, media massa dapat membentuk opini masyarakat melalui penyampaian berbagai informasi yang diterima masyarakat. Penyajian suatu berita tidak terlepas dari ideologi media dan wartawan, dengan pemilihan kata yang tidak semata sebagai sebuah kebetulan, tetapi secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas yang ada. 

Pilihan kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu (Khuriyati, 2013). Kata yang dipilih dapat membangun opini publik, dimana opini publik dapat mempengaruhi penilaian pembaca atas suatu peristiwa, lembaga, atau perorangan.

Kompas merupakan salah satu media massa di Indonesia. Kompas berdiri sejak 28 Juni 1965, dipimpin oleh Auyong Peng Koen (P.K Ojong) dan Jacob Oetama di Jakarta (Santoso dalam Khuriyati, 2013). Kompas meluncurkan versi digitalnya pertama kali pada tanggal 22 Agustus 1997 (Margianto & Syaefullah, n.d.; h. 16). Berdasarkan situs Alexa.com, saat ini Kompas.com menempati peringkat 10 website dengan traffic terbesar dari seluruh website di Indonesia. 

Dengan kepopuleran Kompas.com sebagai portal berita, artinya Kompas memiliki kekuatan dalam penyebaran ide, gagasan, ideologi melalui informasi yang disampaikan. Sehingga menjadi menarik bagi penulis untuk meneliti bagaimana Kompas memberitakan suatu peristiwa. Salah satu peristiwa nasional yang diberitakan oleh Kompas adalah persoalan perizinan pabrik semen di wilayah Kendeng. Dengan menggunakan analisis wacana kritis Fairclough, dalam penelitian ini kelompok ingin melihat bagaimana berita "Bertemu Jokowi, Petani Kendeng Ini Menangis Tuntutannya Tak Dipenuhi" merepresentasikan Presiden Jokowi.

Analisis wacana Fairlclough, memiliki keterkaitan dengan analisis sosial budaya yang dipadu dan menghubungkan analisis tekstual dengan konteks sosial masyarakat. Fokus perhatian analisis Fairclough ini berada pada penggunaan bahasa sebagai praktik sosial. Dalam analisisnya terdapat tiga dimensi analisis yaitu:

1. Analisis Tekstual (mikro)
Penekanan Fairclough bahwa teks adalah proses produksi teks yang dilakukan media dengan berbagai pilihan kata dan kalimat. Analisis ini melihat bagaimana realitas direpresentasikan oleh media melalui teks berita (Fairclough, 1995:104).
Motivasi media melakukan pilihan bahasa tertentu dalam proses produksi teks, mengingat banyaknya pilihan kata dan kalimat. Pada dasarnya, analisis teks melihat bagaimana suatu realitas direpresentasikan oleh media melalui teks berita (Fairclough, 1995:104).

2. Analisis praktik wacana (messo)
Dimensi ini berkaitan erat dengan dengan proses produksi dan konsumsi teks. Analisis ini melihat bagaimana rutinitas redaksi dalam proses produksi berita yang mempengaruhi terbentuknya wacana tertentu melalui teks berita (Fairclough, 1995:58-59). Dalam analisis ini terdapat tiga aspek, yaitu melihat individu wartawan, melihat hubungan antara wartawan dengan struktur organisasi media, dan  melihat bagaimana rutinitas kerja dari produksi berita hingga muncul sebagai sebuah teks berita (Eriyanto, 2008:316-320).

3. Analisis praktik sosiokultural (makro)
Analisis ini, lebih menekankan pada aspek situasional, institusional, dan sosial budaya dimana sebuah wacana berkembang. Kemudian, melihat juga bagaimana lingkup sosial keberadaan lingkungan media yang mempengaruhi terbentuknya wacana tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun