Mohon tunggu...
Lambang Wiji Imantoro
Lambang Wiji Imantoro Mohon Tunggu... Konsultan - Amor fati fatum brutum

Manusia biasa yang menjalani hidup dengan biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Mengapa Orang Melakukan Bunuh Diri

13 Desember 2022   15:29 Diperbarui: 13 Desember 2022   16:27 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah kita membayangkan ada mahluk hidup selain manusia yang melakukan tindak bunuh diri? atau bertanya-tanya apakah rasa putus asa hanya dimilki oleh manusia saja?

Kasus bunuh diri terus mengalami tren peningkatan ditiap tahunnya. Data dari WHO menunjukan selama tahun 2020 di Indonesia tercatat sebesar 3,5 per 100.000 populasi. Artinya 3,5 orang melakukan tindak bunuh diri dari setiap 100.000 penduduk Indonesia.

Ada beragam perspektif untuk menjelaskan mengapa fenomena bunuh diri terus bermunculan. Tak pandang gender tak kenal status sosial, bunuh diri seolah berpotensi dilakukan oleh siapapun.

Apa yang melatar belakangi tindakan bunuh diri? 

Dari kalangan filusuf sejak era Plato, Arthur Schopenhauer, hingga Albert Camus, tak ketinggalan sosiolog seperti Emile Durkheim, hingga psikolog seperti Sigmund Freud turut membedah fenomena ini.

Emile Durkheim seorang sosiolog yang menghabiskan hidupnya berkeliling dunia dan mempelajari fenomena ini menyimpulkan, jika kegagalan relasi seorang terhadap lingkungan sosial menjadi akibat dari tindakan bunuh diri.

Lain hal dengan Frued, menurutnya setiap manusia memiliki hasrat untuk bunuh diri. Walau demikian menurutnya hasrat ini dapat diredam dalam kondisi normal. Namun saat depresi, manusia akan cenderung melakukan bunuh diri yang merupakan bentuk kemarahan terhadap dirinya sendiri.

Pendekatan Arthur Schopenhauer mungkin dapat menjadi alternatif jawaban. Dalam pendekatan filsafatnya sang filsuf kelahiran Jerman (1788-1860), menyimpulkan jika “kehendak” menjadi penyebab dari segala bentuk penderitaan yang dapat memicu tindakan bunuh diri.

Schopenhauer beranggapan jika dunia ini digerakkan oleh kehendak, dari kehendak yang sederhana seperti ingin dicintai hingga ke hal yang kompleks seperti kehendak untuk hidup dan mendapatkan pengakuan. Melalui kehendak manusia cenderung akan menjumpai sejumlah permasalahan. Masalah tersebut dipicu oleh keinginan manusia yang tak kenal batas saat dirinya bersentuhan dengan “kehendak”. Sudah jadi hukum alam jika semakin terpenuhinya kehendak, manusia akan terus memproduksi kehendak baru yang lebih banyak, massif, dan cenderung distruktif.

Berkenalan Dengan Kekecewaan.

Pertanyaannya apa yang terjadi saat manusia gagal menunaikan kehendaknya? Konsekuensi paling ringan ialah rasa kecewa namun yang terberat akan berujung pada penderitaan dan depresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun