Mohon tunggu...
Lala Riski Wisnu Widayat
Lala Riski Wisnu Widayat Mohon Tunggu... Foto/Videografer - seneng gambar nulis dan jualan

Penggemar Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bergerak

26 November 2015   23:49 Diperbarui: 26 November 2015   23:59 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiap kali saya dengar ungkapan, ayo bergerak, ayo berusaha, jangan berfikir usah, ayo ngebut kita kejar target. Sayapun melolong dan menatap kosong ke arah atas. Bisakah orang menasehati seorang dengan pernyataan yang universal. Bergerak itu kata kerja, dari kata benda gerak, saya bingung dibuat pernyataan seperti ini, mungkin kata kerja ini bervariatif jika dipahami beberapa orang, untuk para siswa pasti akan diartikan belajar, untuk para pengangguran seperti saya pasti akan dipahami mencari pekerjaan atau mencari duit, yang penting bisa kipas kipas setelah mendapat uang, makan kenyang atau kebutuhan tertutupi.

Namun itu suatu penalaran yang dalam ilmu logika disebut petanda, seperti halnya jika ada yang mengetuk pintu pasti ada orang yang mengetuk, bentuk ini yang mudah disalah pahami, mungkin saja pintu tersebut bunyi akibat benda yang terlempar dari arah luar. Siapapun yang mendengar penalaran seperti ini wajib bertanya kenapa dan kok bergerak gimana, saya suka selengekan kalo diajak bicara, ketika ada orang tua yang menasehati seperti itu, "kamu harus bergerak" saya jawab "tadi pagi saya sudah ngolet dari bangun tidur, atau saya sudah berjalan ke arah anda untuk mendengarkan anda". Saya maksud bukan hanya bergerak yang menjadi ciri dari untuk memberi konotasi menyuruh. Pasalnya saya yakin berat melakukan yang namanya bergerak itu.

Saya bilang pak buk, saya yakin anak anda sudah berusaha namun mungkin belum ada respon untuk selanjutnya, mungkin bapak atau ibu bisa memberi solusi dari setelah doing activity, what should we do? Jadi ketika mendapat suatu kesibukan dia dapat menata apa yang akan dilakukan, dan kenapa melakukan. Saya juga memberi paham begini, sayapun ngotot untuk mengatakan jangan remehkan orang yang kerjanya dirumah, dia memang tidak bergerak seperti apa yang anda inginkan?, tapi lihat dia memiliki hasil yang anda tak punya, jadi biarkan anak anda untuk cari minatnya dahulu, sebab dari pada itu, saya takut ada depresi mental. Ketika dia menjalani apa yang anda katakan tadi. Untuk kedepan jika dia ada masalah akan pekerjaannya yang dia pilih, biarkan dia selesaikan, itu juga kan proses optimalisasi dari diri terhadap pekerjaan. Dan tanggung jawab terhadap pilihannya. Jadi saya kira tugasnya adalah menunjukan dan memberi bimbingan, bukan pressure. al-Qur'an saja hanya petunjuk, dan penjelas terhadap suatu yang samar, bukan keharusan untuk mentaati tekstual secara full, tapi bagaimana kita mencari by meaning of the ayah in the holy qur'an.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun