Mohon tunggu...
Lala Nurlatifa
Lala Nurlatifa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mewaspadai Jurus Dewa Mabuk Kubu Ahok-Djarot Menjelang Pemungutan Suara

17 April 2017   12:12 Diperbarui: 17 April 2017   21:05 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Menurut hasil survey, tingkat elektabilitas masing-masing calon tidak berbeda jauh. Dari semua hasil survey yang telah dirilis oleh lembaga-lembaga survey yang terlepas memenangkan Ahok-Djarot atau Anies-Sandi, semuanya merilis hasil survey yang relative sama, yakni margin elektabilitas antar kedua calon hanya berbeda 2-5 persen.

Artinya, pertarungan antar kedua pasangan kubu pasti akan ketat dan berlangsung memanas, karena kedua pasangan calon masing-masing berpotensi memenangkan Pilkada DKI Jakarta. Karena itu, masyarakat harus mulai waspada dengan munculnya jurus-jurus dewa mabuk menjelang pemungutan suara.

Apa yang saya maksud dengan jurus mabuk adalah strategi-strategi politik yang tidak elegan, mencederai proses demokrasi, bahkan melanggar hukum, seperti kampanye hitam dan politik uang. Jurus dewa mabuk dalam politik mengabaikan prinsip-prinsip moralitas, kejujuran, keadilan, dan deliberasi public. Salah satu yang menjadi pemeberitaan adalah tertangkapnya tim sukses Ahok-Djarot yang sedang membagi-bagikan sembako kepada masyarakat, padahal aktivitas tersebut termasuk melanggar undang-undang Pilkada.

Pembagian sembako ini gencar dilakukan menjelang pemungutan suara yang bertujuan untuk secara temporal memengaruhi pilihan publik. Logika sederhana dari pembagian sembako ini adalah ibarat memberikan bantuan kepada orang-orang yang tengah kelaparan supaya merubah pendapat, idealism, dan pilihannya. Karena itu, serangan pajar, pembagian sembako, dan politik uang lainnya seringkali berhasil terutama pada masyarakat dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah.  

Jurus dewa mabuk semacam ini mencederai prinsip-prinsip demokrasi. Dalam demokrasi mengandaikan bahkan hak warga untuk memilih tidak boleh diintimidasi, baik secara kekerasan maupun dengan menggunakan politik uang. Karena

Tim Sukses Ahok-Djarot memang terlihat secara sistematis mengalokasikan pembiayaan kampanye untuk memberikan sembako-sembako murah kepada masyarakat. Hal ini terlihat dari dana kampanye Ahok-Djarot yang menghabiskan dua kali lipat dari biaya kampanye yang dihabiskan oleh Anies-Sandi.

Cara-cara politik busuk seperti ini sebenarnya menandakan bahwa Ahok-Djarot dan tim suksesnya tengah panik karena menurut sebagian besar hasil survey, elektabilitas mereka diungguli oleh Anies-Sandi. Artinya, Ahok-Djarot besar kemungkinan tidak akan lagi dapat menguasai kursi kekuasaan gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun