Mohon tunggu...
Mimin Mumet
Mimin Mumet Mohon Tunggu... lainnya -

Life's a journey from birth to death!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Will Work for Food, Help My Kids

12 Desember 2011   17:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:26 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_155660" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Wuaaalllahhh.......Judulnya pakai Bahasa Inggris segala. Komat kamit. Moga moga pak Gusti Bob kagak lewat sini. ha ha ha ***************************** Tentu saja saya tak akan percaya penglihatan mata ini bila tidak melihat dengan mata kepala sendiri. Sering memang kita baca di koran atau media apa kek yang memuat betapa miskinya sekarang Amerika. Kalah telak dengan Ekonomi China yang perlahan namun pasti merangkak naik ke atas. Iyalah ke atas ..masak naik turun ke bawah... Dan di sini saya tak akan bercerita atau berbicara soal ekonomi atau apa namanya. Itu bukan konten saya. Istilah kerenya saya gak punya kredibilitas untuk berbicara. Apalagi menerangkanya. Bisa makin mumet ntar si Ana. ** Lirik admin** Saya hanya ingin bercerita tentang seorang wanita. Wanita bule yang kalau datang ke Indonesia oleh sebagian masyarakat kita masih sangat di elu elukan. Apalagi kalau dia cantik. Laki mana yang tidak ngelirik coba. Kakek kakek rabun pun bisa langsung pulih penglihatanya. Kalau ada yang mulus mulus lewat... **nyengir Udara di luar sangat dingin. Walaupun belum turun salju. Lumayan bikin telinga dah jadi kayak es batu. Saking dinginya. Atau karena saya gak tahan dingin yah. Entahlah !! Tapi yang jelas duduk manis di dalam mobil masih menyenangkan buat saya. Dari pada harus jalan kaki mencari halte. Lalu duduk sendirian menanti bis kota. Yang datangnya 3 jam sekali. Satu satunya bis lagi. huh.... **arogan mode on ** Namun saat akan memasuki lapangan parkir wallmart. Mata saya tertuju pada seorang wanita dengan jaket putih tulangnya. Warna dan model jaketnya sama persis dengan jaket yang saya pakai. Mungkin juga belinya di toko yag sama kali yah. ** ge er ** Rambutnya di biarkan terurai. Badanya lebih gede dikit dari badan saya. Tak ada yang special dari wanita ini. Celana dan sepatu saya tidak perhatikan. Mata saya tertuju pada karton coklat yang dia bawa. Itu lebih menarik. Dari pada memperhatikan penampilanya. Karena saya datangnya dari arah belakang si wanita yang menghadap ke wallmart. Ketika saya melewati wanita ini . Saya sempatkan menoleh dan membaca tulisan yang tertera di karton yang dia bawa. '' Will work for food, help my kids.'' Ketika saya membaca tulisan itu saya masih bingung apa maksudnya. Baru pertama kali ini lihat. ** gak gaul ah ** . Sekilas juga saya bisa menangkap senyum wanita tersebut. Sempat beradu pandang. Sebelum akhirnya saya menemukan tempat parkir. Kalau hari minggu begini susah banget nyari tempat parkir. Dan kalau tidak hari minggu juga saya tidak sempat ke sini. Huh ..... Begitu keluar dari mobil. Hiiiii...Bbbrrrr...Dinginya. Untung matahari masih setia dengan panasnya. Coba kalau nggak. Gak kuku deh keluar dingin dingin. Penasaran dengan wanita yang saya lihat tadi. Saya kemudian melangkah menghampirinya. " Permisi'' '' Hai , hallo . Apa kabar hari ini. Apa yang bisa saya bantu agar aya bisa dapat uang hari ini '' '' Bantu ? '' '' Ia. Saya di sini menawarkan bantuan apa saja. Asal ada uang yang bisa saya bawa pulang. '' '' Berapa Saya harus membayarmu ? '' '' Tidak banyak. Tergantung jenis pekerjaanya.'' '' Punya SIM? '' '' Tentu saja '' Wanita itu kemudian membalikkan badan. Melangkah ke arah mobil di belakangnya. Saya lihat dia mengambil tas cangklongnya dan mengeluarkan dompetnya. Dari sanalah SIM itu menampakkan wajahnya. Sejenak saya perhatikan SIM wanita ini. Tentu saja saya tidak tau siapa dia. Kenapa SIM yang saya tanyakan ? Karena SIM di sini sama dengan KTP. Jadi tidak sendiri sendiri seperti di Negara kita. SIM sendiri dan KTP sendiri. Tentu saja yang memegang ini kalau sudah di atas 18 tahun. Sebelum 18 tahun tetep memegang KTP biasa yang tidak sama fungsinya seperti SIM. '' Bisa ikut saya ke dalam. Membawakan troly buat saya. Lalu mengantarkan saya pulang ? '' Akhirnya kami temukan kesepakatan berapa saya harus membayarnya per jam. Lumayan mahal juga ternyata. Dan tidak ada diskon sama sekali. ** emang jualan baju ** Karena sudah terlanjur. Akhirnya saya membawanya masuk ke dalam Wallmart. Dengan sigap dia mengambil troly barang . Mendorongnya. Mengambil barang barang yang saya tunjuk. Tak banyak kata di antara kami. Dan saya juga dasarnya gak berani banyak bertanya. Sesekali dia tertawa bila ada kata kata saya yang terdengar lucu. Dia juga terkesan sangat cuek. Tidak berusaha menarik rasa simpati saya. Tidak bercerita tentang anak anaknya. Atau juga keluarganya. Sampai di parkiran kembali. Dengan gesitnya dia memasukkan semua barang barang dari kereta dorongnya. Meletakkanya di bagasi mobil. Menerima uang yang saya berikan dengan senyumnya yang mengembang. '' Terimakasih sudah membantu saya '' Kembali dia beraksi. Berdiri di pinggir parkiran. Menanti ''penolong'' di antara kendaraan yang lalu lalang. Tak banyak bicara. Menawarkan jasanya lewat secarik kertas karton. Ku lirik dia dari kaca spion. Seumur hidup ini baru pengalaman pertama saya bertemu wanita seperti dia. Seorang Ibu yang akan rela mengorbankan apapun demi kelangsungan hidup anak anaknya. Terlepas dari kebenaranya. Paling tidak Ibu tersebut masih memiliki nilai lebih. Di bandingkan dengan yang hanya duduk. Modal karton bertuliskan '' HOMLESS NEED HELP '' tapi di sampingnya nangkring Ferrari model terbaru. jiahhh...... ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun